Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Bab. 12 Teori Kinetik Gas di Kelas X Program Sistem Kredit Semester (SKS) High-Level Biologi-Kimia Semester 2
Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Negeri 17 Palembang*
Rosdiana**
Pendahuluan
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan (baca: proses pembelajaran) dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak. Hal ini selain komponen-komponen itu keberadaannya terpencar, juga kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen.
Komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru, salah satunya dengan peningkatan profesional guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan intelektual maupun keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan
*) Disampaikan di diskusi mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran, tanggal 27 April 2009
**) Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan PPs UNSRI dengan NIM 20082013008
berani hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi siswa agar mereka dapat memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran (Sanjaya, 2008:14).
Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus. Kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. “A teacher is person charged with the rresponbility of helping others to learn and to behave in new different ways” (James M. Cooper, 1990:26).
Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan. Hal ini seperti yang diungkapkan Greta G. Morine-Dershimer, “A professional is a person who possesses some specialized knowledge and skills, can weigh alternatives and select from among a number of potentially productive actions one that is particulary appropriate in a given situation” (James M. Cooper, 1990:26).
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya,diperlukan tingkat keahlian yang memadai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang harus disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan mendesain strategi pembelajaran yang tepat, termasuk kemampuan mengevaluasi proses dan hasil kerja. Oleh karena itu, seorang guru bukan hanya tahu tentang what to teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach.
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. Sedangkan makna perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya menentukan tujuan, metoda, isi, dan program yang akan diwujudkan dalam sebuah proses pembelajaran. Pentingnya perencanaan pembelajaran dapat kita simak dengan melihat pernyatanan Nana Sudjana (1989) dalam http://defathya.multiply.com/journal/item/59 sebagai berikut: Mengingat pelaksanaan Pembelajaran adalah mengkoordinasikan komponen-komponen pengajaran, maka isi perencanaan pun pada hakekatnya mengatur dan menetapkan komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud antara lain tujuan, bahan, metoda dan alat, serta evaluasi. Kemudian, pernyataan Slameto (1988:95) dalam http://defathya.multiply.com/journal/item/59 bahwa: “guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar”. Sehingga perencanaan pembelajaran adalah sebuah alat menuju pelaksanaan pembelajaran di masa depan yang kita inginkan agar pembelajaran itu terjadi sesuai dengan keinginan perencana atau pendidik.
Lalu, dalam perencanaan pembelajaran perlu diperhatikan delapan faktor penting, yaitu:
1. Tujuan; untuk apa pembelajaran itu?
2. Meteri; apa isi pembelajaran?
3. Metoda; bagaimana prosedur (tatacara) pembelajaran itu?
4. Situasi; apa yang terjadi ada saat pembelajaran?
5. Media; apa saja alat atau fasilitas pembelajaran itu?
6. Pendidik; guru, fasilitator, mentor, dan lainnya
7. Peserta didik; peserta didik, murid, anak didik, dan lainnya.
8. Evaluasi; penilaian hasil pembelajaran.
Delapan faktor di atas harus ditentukan dalam sebuah rencana pembelajaran agar pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang komplit dan efektif.
Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan pendidikan. Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian mencoba merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia mulai dikenal dengan konsep-konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut. Teori belajar berindikasikan untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan manusia.
Sebagai masukan (Input) bahan perumusan rencana pembelajaran, maka teori belajar menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, teori belajar menjadi bahan penentuan tujuan, metoda, isi, situasi, media, dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran kelak yang sedang direncanakan. Teori belajar berperan dalam perencanaan pembelajaran sebagai hal berikut:
1. (Strategic Platform). Menjadi konsep bagi perumusan tujuan strategis dalam pembelajaran.
Sebuah teori belajar akan menentukan tujuan strategis sebuah pembelajran yang akan diberikan kepada peserta didik agar peserta didik mempunyai atau memeberikan suatu indicator strategis yang diinginkan oleh perencana pembelajaran. Tujuan Strategis yang diinginkan merupakan tujuan yang berdampak jangka panjang terhadap peserta didik. Oleh karena itu teori belajar terbaik dapat memainkan pengaruhnya terhadap penentuan tujuan tersebut. Misalnya tujuan strategis seperti, diharapkan peserta didik dapat memahami konsep hidup dengan sebenarnya dan mampu menampakkan indicator (salahsatunya) pemanfaatan waktu dengan baik dalam hidupnya. (Contoh, datang ke kelas tepat waktu).
2. (Model). Menjadi acuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Teori belajar menjadi satu-satunya acuan pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik dimana mereka akan belajar seperti teori belajar yang telah ditentukan dalam rencana pembelajaran. Dalam rencana pembelajaran, teori belajar tersebut akan mewarnai konsep belajar yang diinginkan oleh perencana tersebut karena ia merupakan model yang harus ditiru setelah dikenal dan dipahami manfaatnya. Misalnya, seorang guru mengetahui manfaat teori belajar konstruktivis dan mencoba membuat scenario pembelajaran yang sesuai dengan aliran kontruktivis. Namun, perlu diingat bahwa pembaharuan atau modifikasi pembelajaran dalam konteks pelaksanaan atau implementasi teori belajar harus dilakukan jika dibutuhkan oleh peserta didik dan ini dapat menghasilkan inovasi guru (bisa jadi muncul teori belajar baru).
3. (Evaluator). Menjadi konsep evaluasi pelaksanaan pembelajaran.
Teori belajar yang digunakan dalam pembelajaran dan pada perencanaan pembelajaran pun menjadi sebuah alat ukur atau pengawas terhadap keberlangsungan pembelajaran kelak. Sehingga di saat kita menggunakan sebuah teori belajar, maka evaluatornya adalah teori belajar itu sendiri menjadi alat untuk mengukur keberhasilan atau keseuaian pembelajaran yang dinyatakan kelak dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, guru IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) menuliskan dalam rencana pembelajarannya mengenai cara mengevaluasi keberhasilan pembelajarannya dan evaluasi hasil belajar peserta didiknya sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang menekankan keberhasilan yang diantaranya ditandai dengan kemampuan peserta didik memahami, menganalisis, dan dapat mengaplikasikan sebuah konsep tentang menanam tumbuhan yang diberikan guru tersebut secara leraning by doing, melalui kegiatan menanam kacang kedelai dan pengamatan selama satu minggu terhadap pertumbuhan tanaman tersebut.
Dari uraian diatas, yang menjadi pusat perhatian dalam makalah ini, adalah memahami teori kognitif secara umum dan teori model pembelajaran langsung (direct instruction) serta metode pembelajaran yang digunakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, kemudian akan dibahas juga mengenai analisis teori belajar kognitif dan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada desain pembelajaran fisika pokok bahasan bab. 12 teori kinetik gas di kelas X program SKS standar level biologi-kimia semester 2 SMA Plus Negeri 17 Palembang.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui kesesuaian antara teori kognitif dan model pembelajaran langsung (direct instruction) serta metode pembelajaran ceramah, tanya jawab dan diskusi, pada desain pembelajaran fisika. Diharapkan dari pembahasan makalah ini akan memberikan pencerahan pemikiran dan wawasan kepada mahasiswa Teknologi Pendidikan yang mengikuti mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran.
Teori-teori Belajar
Teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variable yang saling bergantung. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Perubahan yang dimaksud harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Oleh karena itu sangat dibuuhkan teori-teori belajar. Kebutuhan akan teori adalah hal yang penting. Snelbecter dalam Ratna Wilis (1991:1) http://alfaned.blogspot.com/2008/10/kontribusi-dan-implikasi-teori-belajar.html berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagian psikologi dan pendidikan untuk dapat maju, berkembang dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang.
Untuk itu pemahaman tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat teoritis dan telah diuji kebenarannya melalui ekspreimen sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan hal tersebut melahirkan teori belajar. Teori belajar berhubungan dengan psikologi terutama berhubungan dengan situasi belajar. Teori belajar bersifat deskriptif dalam membicarakan proses belajar yang harus dilaksanakan untuk membicarakan masalah-masalah praktis didunia pendidikan (Snelbecker, 1974 dalam teori, 1997), dan Brunner (1964) dalam http://alfaned.blogspot.com/2008/10/kontribusi-dan-implikasi-teori-belajar.html mengemukakan bahwa teori belajar adalah deskriptif, artinya teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar.
Belajar merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian hidupnya dan berlangsung seumur hidup. Dalam belajar, si belajar yang lebih penting sebab tanpa si belajar tidak ada proses belajar. Oleh karena itu tenaga pengajar perlu memahami terlebih dahulu teori belajar, alasannya:
1. Membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi didalam diri si belajar
2. Dengan kondisi ini pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar
3. Mungkin pengajar melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar
4. Teori ini merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen atau penelitian, dengan demikian dapat meningkatkan pengertian seseorang tentang proses belajar mengajar
5. Hipotesis, konsep-konsep dan prinsip-prinsip ini dapat membantu si pengajar meningkatkan penampilannya sebagai seorang pengajar yang efektif
Belajar dianggap sebagai proses perubahan prilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan “Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished fromchanges by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah (Sanjaya, 2008:112).
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari gejala-gejala perubahan prilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa memerhatikan dengan seksama sambil mengangguk-anggukkan kepala, maka belum tentu yang bersangkutan belajar. Mungkin mengangguk-anggukkan kepala itu bukan karena ia memerhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru, akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa. Nah, siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar, karena tidak menampakkan gejala-gejala perubahan tingkah laku. Sebaliknya, manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memerhatikan, misalnya ia kelihatan mengantuk dengan menundukkan kepala dan tidak pernah memandang muka guru, belum tentu mereka tidak sedang belajar. Mungkin saja otak dan pikirannya sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya ia bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Nah, berdasarkan adanya perubahan prilaku yang ditimbulkannya, maka kita yakin bahwa sebenarnya ia sudah melakukan proses belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Kita perlu memahami secara teoritis bagaimana terjadinya perubahan prilaku itu.
Banyak teori membahas tentang terjadinya peubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia, yaitu hakikat manusia menurut pandangan John Locke dan hakikat manusia menurt Leibnitz.
Menurt John Locke dalam Sanjaya (2008:113), manusia itu merupakan organisme yang pasif. Dengan teori tabularasanya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar behavioristik –elementeristik.
Berbeda dengan pandangan Locke, Leibnitz dalam Sanjaya (2008:113) menganggap bahwa manusia adalah organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat; manusia bebas untuk membuat suatu pilihan dalam setiapsituasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan hakikat manusia menurut pandngan Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran belajar kognitif-holistik.
Secara umum semua teori belajar dapat kita kelompokkan menjadi empat golongan atau aliran yaitu:
1. Teori Belajar Behavioristik
2. Teori Belajar Kognitivistik
3. Teori Belajar Humanistik
4. Teori Belajar Sibernetik
Berangkat dari konsep manusia yang berbeda, dalam menjelaskan terjadinya perilaku, menurut Sanjaya (2008:114) aliran teori belajar secara umum dibagi menjadi dua, yaitu aliran behavioristik-elemnteristik dan aliran kognitif holistik. Keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan keduanya seperti tampak pada tabel dibawah ini:
Tabel.1
Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif
No Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Kognitif
1 Mementingkan pengaruh lingkungan Mementingkan apa yang ada dalam diri
2 Mementingkan bagian-bagian Mementingkan keseluruhan
3 Mengutamakan peranan reaksi Mengutamakan fungsi kognitif
4 Hasil belajar terbentuk secara mekanis Terjadi keseimbangan dalam diri
5 Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu Tergantung pada kondisi saat ini
6 Mementingkan pembentukan kebiasaan Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
7 Mementingkan pembentukan kebiasaan Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
8 Memecahkan masalah-masalah dilakukan dengan cara trial and error Memecahkan masalah didasarkan kepada insight
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respon (S-R). Oleh karena itu,teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyanya.
Teori-teori belajar termasuk ke dalam kelompok behavioristik di antaranya dalam Sanjaya (2008:114):
1. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike.
2. Classical Conditioning, dengan tokohnya Pavlop.
3. Operant Conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.
4. Systemic Behavior, yang dikembangkan Hull.
5. Contiguous Conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.
Sedangkan, teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik di antaranya dalam Sanjaya (2008:115):
1. Teori Gestalt,dengan tokoknya kofka,Kohler, dan Wertheimer.
2. Teori Medan (Field Theory), dengan tokohnya Lewin.
3. Teori Organismik yang dikembangkan oleh Wheeler.
4. Teori Humanistik, dengan tokohnya Maslow dan Rogers.
5. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Piaget.
Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif memandang bahwa belajar bukan semata-mata proses perubahan tingkah laku yang tampak, melainkan sesuatu yang kompleks yang sangat dipengaruhi oleh kondisi mental siswa yang tidak tampak. Oleh karenanya, dalam pembelajaran di kelas seorang guru perlu memperhatikan kondisi siswa yang berhubungan dengan persepsi, perhatian, motivasi, dan lain-lainnya (Winataputra, 2008:3.1).
Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa di pengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Seseorang memiliki kepercayaan, ide-ide, dan prinsip-prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya sendiri (Winataputra, 2008:3.3).
Teori belajar kognitif ini sangat erat hubungannya dengan teori psikologi kognitif. Dimana, aspek kognitifnya mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi menekankan pada pentingnya proses internal atau proses-proses mental.
Winataputra (2008:3.4), menurut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Tujuan teori ini adalah :
1. Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan merekasendiri secara spesifik sesuai dengan situasi psikologinya.
2. Membantu guru untuk memahami orang lain, terutama muridnya dan membantu dirinya sendiri.
3. Mengkontruksikan prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas dan untuk menghasilkan prosedur yang memungkinkan belajar menjadi produktif.
4. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungannya merupakan faktor yang saling berkaitan.
Setiap pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan lingkungannya disebut insight. Dalam teori belajar kognitif insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama atau hampir sama. Dapat juga dikatakan, insight adalah pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Insight terjadi dengan melihat kasus-kasus atau kejadian yang terpisah, kemudian menggeneralisasikannya sehingga timbul pemahaman (Winataputra, 2008:3.9).
Pemahaman seseorang secara kolektif merupakan struktur kognitif dari aspek ruang kehidupannya. Struktur kognitif itu sendiri adalah persepsi dari aspek psikologis, fisik, dan kehidupan sosial seseorang. Bila dikaitkan dengan siswa yang belajar maka struktur kognitif merupakan segala pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan belajar di masa lalu dan proses belajar pada dasarnya suatu upaya untuk mengkaitkank pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Dari proses belajar ini diharapkan akan terbentuk struktur kognitif yang baru yang lebih lengkap. Sehubungan dengan pandangan tersebut, supaya belajar lebih efektif, guru harus memperhatikannya secara lebih baik. Pada saat guru merancang program pembelajaran, kondisi siswa harus diperhatikan, begitu pula pada saat mengimplementasikan rancangan tersebut di dalam kelas, kondisi nyata kelas perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
Menurut Winataputra (2008:3.9), prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.
2. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaiak tugas rumah, hasil tes,disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologinya.
3. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang teori belajar kognitif, di bawah ini disajikan beberapa prinsip penerapan teori belajar kognitif menurut (Nasution, 1982) dalam Sanjaya (2008:121), yaitu :
1. Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Teori belajar kognitif beranggapan bahwa keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna manakala ada dalam sebuah kalimat. Demikian juga kalimat akan memiliki makna apabila ada dalam suatu rangkaian karangan.
Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu bukalah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
2. Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mengem-bangkan pribadi anak seutuhnya. Apa artinya kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau tidak diikuti oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. Oleh karenanya mengajar itu bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas, tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
3. Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian, belajar itu akan terjadio manakala dihadapkan kepadaaaa suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah mengahapal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu akan akan mendapatkan insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap masalah.
4. Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus-menerus disempurnakan. Apabila seorang anak kena api, maka kejadian itu akan memberikan pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan menafsirkannya bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit, sehingga ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari. Akan tetapi kemudian anak akan mereorganisasi pengalamannya bahwa api itu ternyata besar juga manfaatnya dan tidak selalu berbahaya. Inilah hakikat pengalaman. Dengan demikian, proses membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.
Menurut teori belajar kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivistik ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel. Ketiga teori ini dijabarkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel.2
Pembagian Teori Belajar Kognitif
No Piaget Brunner Ausubel
1 Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru
2 Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap: Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap: Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
a. Asimilasi
b. Akomodasi
c. Equilibrasi a. Enaktif (aktivitas)
b. Ekonik (visual ver-bal)
c. Simbolik d. Memperhatikan sti-mulus yang dibe-rikan
e. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang su-dah dipahami
Prinsip kognitivisme banyak dipakai di dunia pendidikan antara lain:
1. Si belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Teori Belajar Kognitivisme Ausubel (Belajar Bermakna)
David Ausubel mencurahkan perhatiannya pada pentingnya mengembangkan pontensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna (meanigful learning) dan belajar verbal yang dikenal dengan expository learning. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Suatu konsep mempunyai arti b ila sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya. Agar konsep-konsep yang diajarkan berarti, harus ada sesuatu di dalam kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah “struktur kognitif”. Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan dengan konsep yang sudah ada/diterima sebelum dan tersimpan dalam struktur kognitifnya. Informasi baru ini juga dapat diterima atau dipelajari siswa tanpa menghubungkannya dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. Cara belajar seperti ini sering disebut belajar menghapal.
Asubuel mengklarifikasikan makna belajar kedalam dua dimensi seperti tampak pada gambar. Dimensi pertma berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau melalui penemuan. Cara kedua berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya. Kedua dimensi itu tidak menunjukka dikotomi yang sederhana, tetapi lebih merupakan suatu kontinumm, sebagai tampak dalam gambar berikut.
Gambar. 1
Klarifikasi belajar menurut Ausubel dan Robinsin 1969,
dalam Ratna Wilis (1989: 111)
Menurut Ausubel, belajar penerimaan tidak sama dengan belajar hapalan. Belajar penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskann hubungan antara konsep-konsep.
Struktur kognitif didefinisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah ke dalam suatu unit konseptual. Struktur kognitif berisi konsep-konsep yang telah tersusun secara hierarki dan tetap berada dalam kesadaran siswa. Konsep yang paling inklusif terletak diatas lalu berangsur-angsur pada konsep yang spesifik sampai pada yang terakhir.
Menurut Winataputra (2008:3.22), beberapa syarat/strategi tersebut diantaranya adalah dengan melakukan advance organizer, progresive differentiation, integrative reconciliation, dan consolidation.
Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena berupa kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringksan konsep–konsep dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Jika ditata dengan baik, advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan meteri yang telah dipelajarinya.
Progresive differentiation menurut Ausubel adalah pengembangan konsep berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal umum terus sampai kepada hal-hal yang khusus dan rinci disertai dengan pemberian contoh-contoh.
Integrative rekonciliation menurut Ausubel guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa, dengan demikian siswa akan mengetahui alasan danmanfaat materi yang akan dijelaskan tersebut.
Consolidation menurut Ausubel guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari materi selanjutnya.
Dalam menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, guru dianjurkan untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi awal siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa satu faktor sangat mempengaruhi belajar, yaitu pengetahuan yang telah diterima siswa. Pandangan Ausubel ini diharapkan menjadi kerangka berpikir dalam menenrapkan teori tersebut dalam belajar disamping memahami konsep dan prinsip-prinsip lain yang harus diperhatikan, yaitu adanya pengaturan awal, adanya proses diferensiasi progresif, rekonsiliasi integratif, dan belajar subordinat.
Dalam perkembangannya, belajar bermakna dapat diterapkan melalui berbagai cara pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep.
Pendekatan Berpusat Pada Guru (Teacher-Centred Approaches)
Menurut Rosenshine (1986) dalam Santrock (2008:482) pendekatan yang berpusat pada guru menurut para pendukungnya adalah cara terbaik untuk mengajarkan keahlian dasar, yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur secara jelas (seperti dibutuhkan untuk pelajaran bahasa, membaca, matematika, dan sains). Jadi, dalam mengajarkan keahlian-keahlian dasar ini, pendekatan yang berpusat pada guru ini mungkin bisa dilakukan dengan mengajarkan secara eksplisit atau secara langsung aturan-aturan tata bahasa, kosakata, perhitungan matematika, dan fakta-fakta sains.
Menurut Santrock (2008:474) pendekatan yang berpusat pada guru akan berbicara tentang :
a. Mengorientasikan murid dan materi baru
Menurut Joyce dan Well (1996) dalam Santrock (2008:474), sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, susunlah kerangka pelajaran dan orientasikan murid ke materi baru tersebut dengan cara (1) review aktivitas sehari sebelumnya, (2) diskusikan sasaran pelajaran, (3) beri instruksi yang jelas dan eksplisit tentang tugas yang harus dilakukan, dan (4) beri ulasan atas pelajaran untuk hari ini. Orientasi dan strukturisasi pada awal pelajaran itu memengaruhi perbaikan prestasi siswa.
b. Pengajaran, penjelasan dan demostrasi
Pengajaran dengan paparan atau ceramah, penjelasan dan demonstrasi adalah aktivitas yang biasa dilakukan guru dalam pendekatan yang berpusat pada guru ini. Periset telah menemukan bahwa guru yang efektif menghabiskan lebih banyak waktu untuk menerangkan dan mendemonstrasikan materi baru.
c. Pertanyaan dan diskusi
Diskusi dan pertanyaan perlu diintegrasikan ke dalam pendekatan yang berpusat pada guru, untuk merespon setiap kebutuhan siswa sembari menjaga minat dan perhatian kelompok. Juga, penting untuk mendistribusikan partisipasi luas sembari mempertahankan semangat belajar. Tantangan lainnya adalah mengajak siswa memberi kontribusi sambil mempertahankan fokus pada pelajaran.
d. Pembelajaran penguasaan materi
Pembelajaran satu konsep atau topik secaramenyeluruh sebelumpindah ke topik yang lebih sulit. Menurut Bloom (1971) dan Caroll (1963) dalam Santrock (2008:477), pendekatan pembelajaran penguasaan materi yang baik harus mengikuti prosedur sebagai berikut :
• Menyebutkan tugas atau pelajaran. Kembangkan sasaran intruksional yang tepat. Buat standar pengusaan (misalnya satandar murid kategori “A”)
• Bagilah pelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang berhubungan dengan sasaran intruksional
• Rancanglah prosedur instruksional dengan memasukkan umpan balik korektif ke murid jika mereka gagal menguasai materi level yang dapat diterima,misalnya 90 persen benar. Umpan balik kor4ektif bisa diberikan melalui materi pelengkap, tutoring, atau instruksi kelompok kecil
• Beri tes pada akhir unit pelajaran dan akhir pelajaran untuk mengevaluasi apakah murid sudah menguasai semua materi pada level yang dapat diterima.
e. Tugas di kelas
Tugas dikelas adalah menyuruh semua siswa atau sebagian besar siswa untuk belajar sendiri-sendiri di bangku mereka. Guru berbeda-beda dalam menggunakan pendekatan ini. Beberapa guru menggunakan setiap hari, tetapi ada juga yang jarang.
f. Pekerjaan rumah
Keputusan intruksional penting lainnya adalah seberapa banyak dan apa jenis pekerjaan rumah yang harus diberikan kepada siswa. Tugasnya haruslah yang pendek yang dapat diselesaikan dengan cepat, dan mempertimbangkan kegunaannya untuk menambah pengetahuan yang dipelajari di kelas. Pekerjaan rumah harus berhubungan dengan aktivitas kelas hari berikutnya agar pekerjaan rumah itu punya makna, serta pekerjaan rumah harus punya fokus. Menurut Cooper dan Valentine (2001) dalam Santrock (2008:481) pekerjaan rumah dapat menjadi alat yang bagus untukmeningkatkan pembelajaran terutama di SMP dan SMA, dengan catatan pantaulah pekerjaan rumah dan berisiswa umpan balik tentang pekerjaan rumah itu, sebisa mungkin libatkan orang tua mereka untuk membantu anak mereka.
Pendekatan yang berpusat pada guru bukannya tanpa kritik. Para pengkritik mengatakan bahwa pendekatan ini sering kali menghasilkan pembelajaran yang pasif dan tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada murid untuk mengkronstruksi pengetahuan dan pemahaman. Mereka juga mengkritik pendekatan yang berpusat pada guru karena dipandang menghasilkan kelas yang terlalu kaku dan terstruktur ketat, kurang memperhatikan perkembangan sosioemosional, lebih menjurus ke pemberian motivasi dari luar ketimbang menumbuhkan motivasi dari dalam, terlalu banyak memberikan tugas tertulis, hanya sedikit memberi kesempatan untuk pembelajaran dunia nyata, dan terlalu sedikit pembelajaran kolaborasi dalam kelompok (Santrock, 2008:482).
Strategi Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan. Tetapi para ahli berpendapat bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik dari model pengajaran yang lain (Kardi dan Nur, 2000b : 13).
Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Model pembelajaran langsung (direct intruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan pembelajaran ini sering disebut Model Pembelajaran Langsung (Kardi dan Nur, 2000a :2).
Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model pembelajaran langsung (direct intruction) ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, mem-berikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model pembelajaran langsung (direct intruction) ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion”.
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”. Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a:27), bahwa suatu pelajaran dengan model pembelajaran langsung (direct intruction) berjalan melalui lima fase:
1. Penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu
3. Memberikan latihan terbimbing
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan latihan mandiri.
Model pembelajaran langsung (direct intruction) diarahkan pada melatih individu menguasai kemampuan yang kompleks dengan tingkat ketepatan dan koordinasi yang tinggi. Sumbangan utama dari kelompok model pembelajaran ini adalah dalam pendefinisian dan analisis tugas.
Model pembelajaran langsung (direct intruction) dirancang dengan merumuskan keahlian yang akan dicapai dalam tugas, tugas yang besar dipecah menjadi sub tugas yang lebih. Untuk setiap sub tugas dirumuskan kecakapan dan keterampilan yang harus dikuasainya, serta kegiatan latihannya, yang menjamin penguasaan kecakapan tersebut, menjamin transfer ke kecakapan lain.
Pembelajaran langsung (direct intruction) merupakan suatu pola pembelajaran yang ditandai oleh penjelasan guru tentang konsep atau keterampilan baru terhadap kelas, pengecekan pemahaman mereka melalui tanya jawab dan latihan penerapannya, serta dorongan untuk terus memperdalam penerapannya di bawah bimbingan guru.
Pembelajaran langsung (direct intruction) merupakan proses pembelajaran yang terstruktur, berfokus pada ilmu, banyak diarahkan dan dikendalikan oleh guru, sehingga waktu lebih efisien.
Pembelajaran langsung (direct intruction) seringkali dianggap lebih sesuai dengan sifat ilmu yang dipelajari, seperti halnya kelompok mata pelajaran Basic Science. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan MIPA tersusun secara terstruktur yang memuat materi prasyarat dalam setiap langkah penyajiannya. Pembelajaran langsung (direct intruction) pada umumnya dirancang srcara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural serta pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajarn ini adalah adanya pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Tabel.3
Fase pembelajaran dan Peran Guru dalam Pembelajaran Langsung
Fase pembelajaran Peran guru
Rumuskan tujuan dan orientasikan kepada kegiatan siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang, pentingnya materi ini dipelajari dan mempersiapkan siswa untuk belajar lewat pola latihan.
Demonstrasi pengetahuan
dan keterampilan Menampilkan kegiatan dengan demonstrasi keterrampilan atau menyajikan materi pembelajaran setahap demi setahap dengan mempertimbangkan strukturnya
Bimbingan latihan Menampilkan bentuk atau model untukpelatihan
awal.
Kontrol enguasaan di pihak siswa dan berikan umpan balik mengecek keberhasilan pelaksanaan tugas latihan apakah siswa telah berhasil dengan baik diteruskan dengan kegiatan untuk memperoleh balikan (tes, wawancara, pengamatan dan sebagainya).
Berikan kesempatan untuk pelatihan lan-jutan dan penerapan hasil latihan memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan yang fokusnya adalah penerapan pada situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan nyata.
Untuk semua model di atas beberapa catatan yang penting antara lain :
1. Pendalaman materi secara individual dapat dilakukan di luar jam pelajaran, hal tersebut memilik dua keuntungan:
a. Siswa dapat mencari sumber belajar lebih luas (internet atau buku bacaan)
b. Waktu yang disediakan untuk kerja terstruktur dapat dimanfaatkan untuk diskusi kelompok dan presentasi hasil, sehingga lebih longgar.
2. Untuk lesson study, beberapa guru dapat memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir, untuk selanjutnya dilakukan diskusi diluar jam sebagai bahan masukan untuk merevisi perncanaan program selanjutnya.
Metode Pembelajaran dengan Ceramah
Metode adalah cara yang digunakan untukmengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat bergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena syuatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran (Sanjaya, 2008:147).
Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan oleh para guru untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, salah satunya metode ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjeasan secara langsung kepada sekelompok siswa (Sanjaya, 2008:147).
Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik tahap persiapan maupun tahan pelaksanaan. Tahap persiapan menurut Sanjaya (2008:149) adalah dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang diceramahkan, dan mempersiapkan alat bantu. Tahap pelaksanaan menurut Sanjaya (2008:150) terdiri dari tiga langkah yang harus dilakukan yaitu langkah pembukaan, langkah penyajian, dan langkah mengakhiri atau menutup ceramah.
a. Langkah pembukaan
• Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai
• Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan
b. Langkah penyajian
• Menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa.
• Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.
• Sajikan materi pelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah ditangkap siswa
• Tanggapilah respon siswa dengan segera.
• Jagalah kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
c. Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
• Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
• Merangsang siswa untukdapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
• Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan. Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ceramah. Menurut Sanjaya (2008:148) kelebihan metode ceramah antara lain :
a. Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk dilakukan.
b. Ceramah yang menyajikan materi pelajaran yang luas.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Disamping beberapa kelebihan diatas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, menurut Sanjaya (2008:148) kelemahannya antara lain :
a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
b. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
Analisis Teori Belajar, Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Bab. 12 Teori Kinetik Gas di Kelas X Program SKS Standar Level Biologi-Kimia Semester 2 SMA Plus Negeri 17 Palembang
Pada Standar Kompetensi (SK) : Menerapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi, dan sumber energi dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor dengan Kompetensi Dasar (KD) : Menganalisis persamaan umum gas ideal, menurunkan rumusan energi kinetik rata-rata tiap partikel, serta menurunkan prinsip ekuipartisis energi. Adapun indikator yang akan dipelajari adalah memformulasikan hukum Boyle-Gay Lussac, memformulasikan asas ekuipartisi energi, memformulasikan energi dan kecepatan rata-rata partikel untukgerak translasi, rotasi dan vibrasi, dan menerapkan hukum-hukum fisika untuk gas ideal pada persoalan fisika sehari-hari. Kemudian terurai menjadi tujuan pembelajaran sebagai berikut :
a. Menyebutkan definisi massa molekul dan mol
b. Menuliskan secara matematis persamaan hukum Boyle
c. Menuliskan secara matematis persamaan hukum Charles-Gay-Lussac
d. Menuliskan penurunan persamaan umum gas ideal
e. Menuliskan anggapan dasar tentang sifat-sifat gas ideal
f. Menuliskan penurunan rumus tekanan gas dalam ruang tertutup
g. Menuliskan secara matematis hubungan tekanan gas dan energi kinetik
h. Menuliskan persamaan hubungan suhu dan energi kinetik rata-rata molekulgas
i. Menuliskan secara matematis persamaan kelajuan efektif gas
j. Menuliskan secara matematis perbandingan kelajuan efektif berbagai gas
k. Menentukan kecepatan efektif gas dari tekanannya
l. Menyebutkan pernyataan umum dari teorema ekipartisis energi
m. Menyebutkan derajat kebebasan molekul gas monoatomik
n. Menyebutkan derajat kebebasan molekul gas diatomik
o. Menuliskan secara matematis persamaan energi dalam gas (monoatomik dan diatomik)
Pembelajaran yang dilakukan seperti dalam uraian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran seperti di atas adalah pembelajaran yang menggunakan teori belajar kognitif, dengan menerapkan pendekatan yang bepusat pada guru (teacher-centred approaches), dan menggunakan model strategi pembelajaran langsung (direct instruction) yang bertujuan menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa, serta memakai metode ceramah selama proses pembelajaran berlangsung.
A. Analisis Teori Belajar Kognitivistik
Pembelajaran dalam uraian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut diatas menggunakan teori belajar kognitivistik, karena teori belajar kognitivistik berprinsip: belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran, untuk itu pokok bahasan ini materinya lebih banyak menggunakan persamaan secara matematis, maka perlunya perhatian siswa dalam mempersepsikan materi, dan memecahkan permasalahan yang ditawarkan oleh soal-soal yang berhubungan dengan teori kinetik gas.
Pada teori kognitif dalam pembelajaran, diharapkan para guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologinya, artinya setiap tindak tanduk yang berhubungan dengan proses pembelajaran baik didalam kelas ataukah berupa penugasan, harus dibuat untuk melatih proses berpikir, pemecahan masalah dan kesadaran. Untuk itu guru haruslah memperhatikan sfaktor-faktor yang berhubungan dengan siswa dan lingkungannya, sebagai bentuk perhian untukpembentukan mental siswa.
Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu, artinya setiap waktu ke waktu dalam proses pembelajaran guru harus melihat perkembangan siswa terutama dalam penguasaan materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa pada pokok bahasan teori kinetik gas.
Proses pembelajaran teori kinetik gas disini haru mengacu pada prinsip berlajar berdasarkan keseluruhan dan pengalaman, maka untuk mendapatkan keseluruhan materi pengalaman yang harus dimiliki siswa pada teori belajar kjognitif adalah dengan seringnya melakukan latihan-latihan menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan pokok bahasan teori kinetik gas.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, artinya setiap siswa akan dengan bertahap memahami materi yang diberikan guru, karena itulah proses kognitif yang sedang berlangsung, untuk itu keaktifan siswa sangat dipentingkan, bagaimana siswa akan aktif bergantung dari guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
B. Analisis Pendekatan Berpusat Pada Guru (Teacher-Centred Approaches)
Pada proses pembelajaran ini mengapa dipilih pendekatan yang berpusat pada guru, karena mengingat materi ini lebih banyak menggunakan penerapan perhitungan secara matematis, sesuai uraian pada pembahasan pendekatan berpusat pada guru bahwa materi yang lebih kepada perhitungan matematis sangat cocok digunakan pendekatan yang berpusat pada guru, untuk menekankan fokus materi yang akan dipelajari.
Sesuai uraian menurut Santrock (2008:474) pendekatan yang berpusat pada guru akan berbicara tentang :
1. Mengorientasikan murid dan materi baru
Guru menyusun kerangka pelajaran materi pada pokok bahsan teori kinetik gas, dengan memberikan instruksi yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Persiapan ini sangat penting terutama terstruktur sejak awal untuk mempengaruhi pretasi siswa yang terorientasi pada materi yang akan dibahas.
2. Pengajaran, penjelasan dan demostrasi
Pada pokok bahasan teori kinetik gas yang dibahas berikut ini, pengajarannya dengan menggunakan paparan atau ceramah, penjelasan dan demonstrasi adalah aktivitas yang biasa dilakukan guru dalam pendekatan yang berpusat pada guru ini. Mengapa dengan ceramah, karena pengejaran ini dirasakan oleh guru (baca; penulis) sebagai bentuk yang efektif untuk disampaikan. Mengingat pendekatan yang berpusat pada guru adalah bentuk aktivitas pembelajaran yang berawal dari instruksi dan penjelasan guru.
3. Pertanyaan dan diskusi
Diskusi dan pertanyaan perlu diintegrasikan ke dalam pendekatan yang berpusat pada guru, untuk merespon setiap kebutuhan siswa, ketika pejnelasan materi dirasakan sulit dipahami oleh siswa, siswa bisa langsung menanyakan kepada guru, dan guru dapat mengarahkan siswa untuk tetap fokus pada palajaran.
4. Pembelajaran penguasaan materi
Agar siswa dapat menguasai materi secara baik, maka guru membuat standar penguasaan terhadap pokok bahasan teori kinetik gas dan diyakinkan oleh guru agar konsep tersebut dapat dikuasai dengan baik oleh siswa sebelum pindah ke topik selanjutnya. Disini guru membagi unit-unit materi yang harus dikuasai siswa, dan arahkan pembelajaran dengan siswa mau berdiskusi dengan teman sebangkunya ketika menemukan soal-soal yang sulit dimengerti setelah dijelaskan oleh guru, dan secara individu siswa dipantau mengerjakan beberapa soal-soal terkait dengan materi pelajaran, dan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa diberikan evaluasi berupa tes ulangan harian.
5. Tugas di kelas
Tugas dikelas ini dibuat oleh guru dan dinamakan dengan dengan tugas terstruktur, jika pada setiap pertemuan tugas terstrukturnya adalah soal-soal yang telah ada didalam modul. Sedangkan tugas terstruktur akhir berupa soal-soal yang telah tersusun secara sistematis yang dibuat oleh guru dimana soal-soal ini berhubungan dengan pokok bahasan teori kinetik gas, soal-soal tersebut dapat dikerjakan secara individu, ataupun berdiskusi dengan teman yang telah memahami atau menguasai materi teori kinetik gas.
6. Pekerjaan rumah
Tugas pekerjaan rumah yang dikerjakan siswa adalah tugas evaluasi bab 12 teori kinetik gas yang terdiri dari soal pilihan ganda dan soal essai. Dimana disetiap pertemuan materi yang diberikan guru maka soalitulah yang dikerjkan siswa dirumah, artinya pada setiap pertemuan maksimal siswa mengerjakan soal sebanyak 3 – 4 soal, apakah itu pilihan ganda ataukah essai.
Setiap uraian dalam pendekatan yang berpusat pada guru adalah langkah untuk memudahkan guru memberikan tindakan dalam proses pembelajaran, dengan harapan sesuai dengan keinginan dari pendekatan berpusat pada guru adalah efektivitas pembelajaran.
C. Analisis Strategi Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Mengapa pokok bahasan teori kinetik gas menggunakan model pembelajaran langsung (direct intruction), karena pemilihan model pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan yang bersifat perhitungan atau penerapan matematis dalam proses pembelajaran, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran yaitu penguasan materi dengan baik dan benar terutama penyelesaian soal-soal yang berhubungan dengan perhitungan matematis, dan tingkat kemampuan peserta didik yang cenderung lebih mengerti memahami materi pelajaran yang bersifat perhitungan matematis dengan menerimapenjelasan dari guru dan langsung menerapkannya dalam penyelesaian soal-soal.
Di samping itu pula setiap model pembelajaran langsung (direct instruction) ini dipilih karena dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru telah dibuat dan disusun sedemikan rupa, agar tujuan pembelajaran secara tertulis yang diinginkan guru mengacu pada pedoman silabus dapat dikuasai siswa dengan tepat. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan, namun memiliki hubungan yang erat untuk membelajarkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Oleh karena itu penguasaan guru terhadap materi dan tahapan (sintaks) haruslah tepat agar penerapan modelpembelajaran yang telah dipilih guru untuk pokok bahasan teori kinetik gas ini adalah pilihan yang tepat adanya, walaupun guru mengetahui tidak ada model pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran yang lainnya, hanya saja bagaimana pilihan model pembelajaran yang dipilih oleh guru merupakan pilihan yang tepat untuk pokok bahasan yang disampaikan atau yang akan dibahas dalam proses pembelajarn agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara maksimal.
Model pembelajaran langsung (direct intruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Untuk itu langkah-langkah yand dipilih guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan langkah yang memang sesuai dengan model pembelajarn langsung, dimana komunikasi aktif antara guru dan siswa langsung terarah pada tujuan yang ingin dicapai, maksimalitas model pembelajaran ini dalah dengan pemilihan metode dan pendekatan yang tepat agar model pembelajaran ini memang benar-benar baik untuk pokok bahasan yang dibahas guru saat ini.
Dalam pembalajaran langsung (direct instruction) memiliki lima fase yang harus dijalankan dalam setiap tahapan (sintaks) yang dilakukan guru, seperti berikut:
1. Penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa
Disini guru telah membuat tujuan pembelajaran di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disampaikan kepada siswa pada awal proses pembelajaran, satu hal yang baik, bahwa modul yang dirancang oleh team teaching fisika SMA Plus Negeri 17 Palembang setiap pokok bahasan telah diberikan tujuan pembelajaran pokok bahasan tersebut, demikian pula untuk pokok bahasan teori kinetik gas. Setelah memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa pada proses pembelajaran yang akan berlangsung guru mempersiapkan siswa untukmengikuti materi pembelajaran dengan menginstruksikannya kepada siswa.
2. Pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu
Pada pembelajaran langsung (direct instruction), guru langsung memnjelaskan materi yang ingin dicapai siswa sesuai tujuan pembelajaran yang telah disusun guru sebelumnya, bisa dengan mendemonstrasikan keterampilan yang dimiliki siswa, terkait hubungannya dengan metode yang dipilih guru, maka keterampilan bertanya, dan berdiskusi diharapakan dapat dilakukan siswa sesuai dengan arahan langsung dari guru.
3. Memberikan latihan terbimbing
Pada setiap pertemuan guru memberikan latihan terbimbing, yang soalnya telah ada didalam modul pembelajaran, dimana ketika siswa menemukan kesulitan dalam menjawab, maka guru dapat mempersilakan siswa bertanya langssung ke siswa yang telah paham, atau mengerjakan soal yang dirasa mampu untukdikerjakan siswa secara mandiri terlebih dahulu, baru kemudian, dengan klasikal guru menjelaskan materi yang tidak dapat dimengerti siswa.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Untuk dapat mengetahui pemahaman siswa, guru dapat mengoreksi latihan terbimbing secara bergantian, atau keliling kelas, sehingga secara general guru dapat mengetahui siapa siswa yang paham dan belum, untuk menambah pemahamansiswa guru memberikan umpan balikdengan penugasan dirumah tentang materi dan soal yang terkait dengan penjelasan yang diberikan pada proses pembelajaran berlangsung.
5. Memberikan latihan mandiri.
Dalam latihan mandiri, guru memberikan tugas terstruktur tentang penguasan konsep dalam bentuk latihan tugas, yang telah disusun guru sebagai bentuk penilaian tentang penguasaan materi dari guru, latihan ini dapat dikerjakan secara individu ataupun secara berdiskusi kecil dengan tema-teman yang memang telang menguasai materi secara baik.
Semua fase yang telah dilalui sebagai bentuk tahapan (sintaks) pembelajaran langsung (direct instruction) ini harapan akhirnya dalah pencapaian tujuan pembelajaran. Model ini sekali lagi dipilih oleh guru untuk pokok bahasan teori kinetik gas, karena memang model ini yang dirasa tepat untuk jenis materi pelajaran yang berhubungan dengan perhitungan secara matematis.
D. Analisis Metode Pembelajaran dengan Ceramah
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan teori kinetik gas kali ini menggunakan metode pembelajaran ceramah karena metode ini dirasakan tepat untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat dikuasai siswa secara baik dan tepat.
Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan materi yang telah disusun dalam langkah-langkah pembelajaran di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada saat materi disampaikan secara ceramah, jika siswa bertanya maka dapat langsung direspon oleh guru pada proses pembelajaran, dan guru dapat mempersilakan siswa yang tahu dan mengerti untuk menjawab, setelah itu guru memberikan penguatan atau penegasan atas jawaban yang telah disampaikan agar materi yang ditanya memeng benar-benar dapat dimengerti dan dikuasai oleh siswa secara baik dan tepat.
Metode ceramah yang digunakan diharapkan benar-benar menjadi pilihan yang tepat oleh guru dalam memaksimalkan proses pembelajaran terutama pada proses evaluasi pokok bahasan teori kinetik gas.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, namun demikian guru berusaha memaksimalkan kelebihan dari setiap metode yang dipilih dan meminimalisir kelemahan yang dimiliki metode yang dipilih guru tersebut. Jika kelebihan metode ceramah adalah salah satunya adalah menonjolkan materi pokok yang harus dikuasai siswa dan guru dapat mengontrol keadaan kelas, maka ini dijadikan sebagai metode penguat yang baik dalam penyampaian materi teori kinetik gas, sedangkan kelemahannya yang diarasa dapat membuat siswa bosan dapat diatasi dengan latihan, dan bertanya langsung, yang merupakan bagian sintaks/langkah-langkah pembelajaran
Untuk itu melihat pemaparan tersebut di atas, guru merasa yakin metode ini telah tepat dipilih untuk menyampaikan dan menyajikan pokok bahasan teori kinetik gas, mengingat pokok bahasan ini lebih banyak menggunakan penerapan secara matematis dalam proses pembelajarannya.
Kesimpulan
Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan intelektual maupun keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan berani hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi siswa agar mereka dapat memecahkan berbagai persoalan hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan pendidikan. Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian mencoba merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia mulai dikenal dengan konsep-konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut. Teori belajar berindikasikan untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan manusia.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Pendekatan yang berpusat pada guru menurut para pendukungnya adalah cara terbaik untuk mengajarkan keahlian dasar, yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur secara jelas (seperti dibutuhkan untuk pelajaran bahasa, membaca, matematika, dan sains). Jadi, dalam mengajarkan keahlian-keahlian dasar ini, pendekatan yang berpusat pada guru ini mungkin bisa dilakukan dengan mengajarkan secara eksplisit atau secara langsung aturan-aturan tata bahasa, kosakata, perhitungan matematika, dan fakta-fakta sains.
Pembelajaran langsung (direct intruction) merupakan suatu pola pembelajaran yang ditandai oleh penjelasan guru tentang konsep atau keterampilan baru terhadap kelas, pengecekan pemahaman mereka melalui tanya jawab dan latihan penerapannya, serta dorongan untuk terus memperdalam penerapannya di bawah bimbingan guru.
Pembelajaran yang dilakukan seperti dalam uraian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran seperti di atas adalah pembelajaran yang menggunakan teori belajar kognitif, dengan menerapkan pendekatan yang bepusat pada guru (teacher-centred approaches), dan menggunakan model strategi pembelajaran langsung (direct instruction) yang bertujuan menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa, serta memakai metode ceramah, diskusi dan tanya jawab selama proses pembelajaran berlangsung.
Sumber Pustaka
_____________. Learning Theory and Learning Plan. http://defathya.multyply.com/journal/item/59. Diakses pada tanggal 24 April 2009 pukul 13.00 WIB.
_____________, Kontribusi dan Implikasi Teori Belajar dan Instruksional dalam teknologi Pendidikan. http://alfaned.blogspot.com/2008/10/kontribusi-dan-implikasi-teori-belajar.html Diakses pada tanggal 24 April 2009 pukul 13.00 WIB.
______________, Model Pembelajaran Langsung-Sekilas Pandang. http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/06/model-pembelajaran-langsung-sekilas-pandang.html. Diakses pada 24 April 2009 pukul 13.00 WIB.
Arends, R.I, 2001. Learning to Teach. New York:Mc Graw Hill Companies, Inc.
Cooper, James M, 1990. Classroom Teaching Skill.Lexington, Massa-chusetts Toronto:D.C. Heath and Company.
Depdiknas, 2006. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Hergenhahn dan Matthew H. Olson. 2008. Theories Of Learning. Jakarta:Kencana Prenada Media.
Kardi, S. dan Nur, M. 2000a. Pengajaran Langsung.Surabaya:Universitas Negeri Surabaya. University Press.
Kardi, S. dan Nur, M. 2000b. Pengajaran Langsung.Surabaya:Universitas Negeri Surabaya. University Press.
Mulyasa, 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar