dipresentasikan di PPs Universitas Sriwijaya 30 Oktober 2009
Pendahuluan
Belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi
antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat
terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa
seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada
diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Apabila
proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah,
tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkakn perubahan pada diri siswa
secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi
oleh lingkungannnya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas
perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul,
selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan yang sejenisnya), dan
berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, perekam pita
audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium,
pusat sumber belajar, dan lain-lain).
Menurut
Hamalik dalam Arsyad (2002:2) perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan
hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan
tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat
menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan
bersahajka tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang
tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengambangkan keterampilan
membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut
belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pengajaran.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada
khususnya.
Pengertian Media
Kata
media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
“tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media
berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.
Menurut
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2002:3) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology)
dalam Arsyad (2002:3) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku
dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman
yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner dalam Arsyad (2002:7) ada
tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).
Pengalaman
langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata simpul dipahami dengan
langsung mebuat simpul. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic
(artinya gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar,
lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali
untuk membuat simpul mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari
gambar, lukisan, foto, dan film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol,
siswa membaca (atau mendengar) kata simpul dan mencoba mencocokkannya
dengan simpul pada image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannya
membuat simpul. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam
upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap)
yang baru.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Exsperience (Kerucut
Pengalaman Dale). Kerucut pengalaman Dale tidak hanya menyajikan
keefektikan pembelajaran yang disampaikan melalui media pendidikan akan
tetapi bagaimana suatu proses pembelajaran mampu disajikan dengan
teknik/metode pembelajaran yang tepat. Baik itu teknik, lingkungan
maupun media pendidikan termasuk ke dalam sumber belajar. Berikut
kerucut pengalaman Dale yang menyajikan teknik yang sesuai dengan proses
pembelajaran dan sesuai dengan pengalaman inderawi.
|
Kerucut Pengalaman Dale |
Dari penjelasan diatas didapat bahwa ingatan/retensi seseorang yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran adalah:
- 10% dari apa yang mereka baca, di dalam kerucut Dale yaitu penerimaan Verbal yang dibaca.
- 20% dari apa yang mereka dengar, didapat melalui pendengaran kata-kata
- 30%
dari apa yang mereka lihat, didapat melalui kegiatan melihat gambar,
memperhatikan gambar visual yang bergerak, dan melihat pameran.
- 50% dari apa yang mereka dengar dan lihat, diperoleh melalui kegiatan melihat demonstrasi.
- 70%
dari apamelakukan kunjungan, kegiatan kunjungan ini meliputi berbicara,
dramatisasi (mendengar, menulis, mengatakan dan melihat)
- 90%
dari apa yang disimulasikan melalui pengalaman nyata, pengalaman ini
diperoleh langsung dengan melihat, meraba, merasakan sesuatu benda yang
nyata.
Ciri-ciri Media Pendidikan
Menurut
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2002:11) mengemukakan tiga ciri media
yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang
dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang
efisien) melakukannya, yaitu:
- Ciri fiksatif (Fixcative Proferty).
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, mnyimpan, melestarikan,
dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peritiwa atau objek
dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video
tape, audio tape, disket komputer, dan film. Ciri ini amat penting bagi
guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau
disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
- Ciri manipulatif (Manipulative Proferty).
Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan
teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Manipulasi kejadian atau
objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
- Ciri distributif (Distributive Proferty).
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa
saja ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara
bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di
suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin
sama atau hampir sama dengan aslinya.
Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Dalam
suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis
media pengajaran yang susai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang
harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran,
jenis tugas dan respons yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran
berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisis, dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru.
Dale
dalam Arsyad (2002:24) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual
dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting
dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk
menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat
berikut ini dapat terealisasi:
- Meningkatkan rasal saling pengertian dan simpati dalam kelas.
- Membuahkakn perubahan signifikan tingkah laku siswa.
- Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatkan motivasi belajar siswa.
- Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar.
- Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi pengalaman belajar siswa.
- Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan
meningkatnya hasil belajar.
- Memberikan umpan balik yang diperlukan yang membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.
- Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan.
- Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat.
- Meyakinkan siri bahwa urutan dan kejelasn pikiran yang siswa butuhkan
jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Menurut
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik yang dikutib kembali
dalam Arsyad (2002:25) merinci manfaat media pendidikan sebagi berikut:
- Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
- Memperbesar perhatian siswa.
- Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
- Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
- Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu terutama melalui gambar hidup.
- Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
- Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.