Translate

Sabtu, 13 Juli 2013

Nasehat Diriku Sendiri



Terkadang orang berfikir 
secara tidak masuk akal dan bersikap egois,
tetapi, bagaimana pun juga, 
terimalah mereka apa adanya.

Apabila Engkau berbuat baik, 
orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di
balik perbuatan baik yang kau lakukan itu.
Tetapi,…tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila Engkau sukses, 
engkau mungkin akan mempunyai musuh
 dan juga teman-teman yang iri hati, atau cemburu.
Tetapi,... teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, 
orang lain mungkin akan menipumu.
Tetapi,.. 
tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang engkau bangun bertahun-tahun lamanya,
dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja.
Tetapi,..janganlah berhenti, tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kebahagiaan dan kedamaian di dalam hati, 
orang lain mungkin akan iri hati kepadamu.
Tetapi,..tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini , 
mungkin besok akan di lupakan orang.
Tetapi,... teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, 
dan mungkin itu tidak akan pernah cukup.
Tetapi,..tetap berikanlah yang terbaik.

Apabila engkau mencintai seseorang dengan ikhlas dan tanpa pamrih, 
mungkin ia tidak akan berbuat seperti apa yang engkau lakukan.
Tetapi tetaplah mencintainya tanpa pamrih,
karena Allah maha mengetahui dan maha adil,
lagi bijaksana, hakim dari segala hakim.

Sadarilah bahwa semua yang engkau katakan,
dan lakukan itu ada diantara engkau dan Tuhanmu.
Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain.
Jangan pikir dan pedulikan apa yang engkau lakukan atas orang lain,
dimana orang lain akan berfikir atas perbuatan baik yang kau lakukan.

Tetapi percayalah bahwa, mata Tuhan tertuju pada
orang-orang yang jujur, dan berbuat baik.
Dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.

"Yang dinamakan Muslim itu , adalah ...
apabila muslim lainnya selamat dari keburukan lidah dan tangannya"

"Takwalah kamu pada Allah dimana saja kamu berada,
dan lakukanlah perbuatan baik, untuk menepis perbuatan burukmu yang akan mehapuskannya,
dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik"

"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah,
Allah akan memberikannya jalan keluar yang terbaik, 
dan akan memberikan rezeki padanya dari sumber yang tidak ia sangka-sangka"

Nasehat untukku sendiri
 Wallahua'lam bisshawab

Jumat, 07 Juni 2013

BERSIHKAN HATI

      Oleh: Muhammad Ikhwan Abdul Jalil
Hati adalah tempat lahirnya niat atau hasrat untuk bertindak. tempatnya taqwa juga dihati.Dalam haditsnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berkata "Attaqwa Haahunaa". Artinya, Taqwa itu disini, seraya Rasulullah menunjuk dadanya.

Orang kerap mengatakan, menilai orang yang terpenting adalah hatinya.Itu Bisa Benar, karena Allah shubhaana wa taala memang tidak menilai apapun dari dikita kecuali hati dan amal.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, sesungguhnya Allah tidak menilai bentuk tubuhmu, suaramu, tidak juga rupamu, tapi ia menilai hati dan amalmu.” Hati yang bersih, terhindar dari semua penyakit hati yang paling berbahaya adalah dengki.

Yang dimaksud disini, adalah sifat yag menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh orang lain, dan tak ingin oleh orang lain memiliki hal tersebut. Ini termasuk sikap yang curang. Sikap seperti itu kerap diistilahkan hasad, dan Rasulullah sangat melarang ummatnya memendam hasad.

Hati adalah tempat atau pusat segala perasaaan (emosi). Rasa sedih, senang, marah, benci, dendam dengki, cinta dan sebagainya ada dalam hati. Kondisi hati berpengaruh kuat pada kondisi badan atau anggota tubuh yang lain. Maka dengan itu diupayakan agar jangan sampai hati kita menjadi sakit. Beberapa penyakit hati selain dengki adalah takabur (sombong), riya (pamer), bakhil (pelit,kikir), serta wahn (cinta dunia dan takut mati) yang membuat kita menghindari atau lari dari jalan Allah.

Hasad digambarkan Nabi ibarat api yang memakan kayu bakar. Kebaikan itulah yang diandaikan kayu bakar, saat kita dengki, maka semua kebaikan kita akan habis, terbakar seperti kayu bakar. Sungguh sayang jika kebaikan tersebut itu hilang dan tak berarti. Cara yang paling mudah keluar dari lilitan kedengkian semacam ini, salah satunya dengan selalu mengharapkan kebaikan bagi orang lain.

Cintailah orang lain seperti mencintai diri sendiri. Dengan begitu kita tidak akan menyakitinya. Nabi pernah mengatakan, “Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian, sebelum ia mencintai sesuatu pada saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”Rasul juga menegaskan orang-orang Muslim itu satu tubuh, salahsatunya sakit yang lain ikut sakit.

Dalam keseharian, sifat dengki memuncak manakala kita selalu iri dengan orang lain, sementara diri tidak punya daya meraih apa yang diperoleh orang tersebut. Misalnya, sempatkan mengunjungi rumah sakit, rumah-rumah kumuh, dan di beberapa tempat banyak orang miskin terkumpul. Niscaya, hati bias ikut tersiram dan tergugah. Perlahan-lahan kesombongan dan dengki itu akan terkikis. Lain dengan sifat iri meraih ilmu setingi-tinginya , ini iri satu-satunya yang baik. Tapi, jangan pernah mengharapkan orang lain menjadi bodoh.
*********
DO'A AGAR HATI KITA BERSIH
dikutib dari do'anya K.H. Abdullah Gymnastiat

Ya Allah, ampuni seluruh dosa-dosa kami, hapuskan sekelam apapun kesalahan kami, hapuskan sekotor apapun aib-aib kami. Ya Allah bersihkan diri kami dari segala kesombongan dan sifat riya kami selama ini. 

Ampuni jikalau Engkau menyaksikan kami ujub. Juga ampuni segala kedengkian dan kebencian kami terhadap apapun dan siapa pun yang Engkau cintai.

Ya Allah, bersihkan hati kami sebersih-bersihnya, jadikan hati ini hanya puas dengan ridha-Mu. Jadikan hati kami hati yang bening, hati yang selalu nikmat dengan apapun yang terjadi.

Ya Allah, jauhkan hati ini dari segala kebusukan hati. Berikan kepada kami kebahagiaan seperti nikmat yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.
Berikan kepada kami kesanggupan rendah hati dan kenikmatan beramal dengan tulus dan ikhlas.

Wahai Allah, hanya Engkaulah tumpuan harapan kami, kepada-Mulah kembalinya segala urusan, terimalah amal-amal kami.

FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PENDIDIKAN MENURUT KERUCUT PENGALAMAN DALE

dipresentasikan di PPs Universitas Sriwijaya 30 Oktober 2009 

Pendahuluan
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkakn perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannnya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan yang sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain).

Menurut Hamalik dalam Arsyad (2002:2) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahajka tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengambangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya.

Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Menurut Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2002:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.

Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) dalam Arsyad (2002:3) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.

Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner dalam Arsyad (2002:7) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). 

Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata simpul dipahami dengan langsung mebuat simpul. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, dan film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata simpul dan mencoba mencocokkannya dengan simpul pada image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.

Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Exsperience (Kerucut Pengalaman Dale). Kerucut pengalaman Dale tidak hanya menyajikan keefektikan pembelajaran yang disampaikan melalui media pendidikan akan tetapi bagaimana suatu proses pembelajaran mampu disajikan dengan teknik/metode pembelajaran yang tepat. Baik itu teknik, lingkungan maupun media pendidikan termasuk ke dalam sumber belajar. Berikut kerucut pengalaman Dale yang menyajikan teknik yang sesuai dengan proses pembelajaran dan sesuai dengan pengalaman inderawi.
Kerucut Pengalaman Dale
Dari penjelasan diatas didapat bahwa ingatan/retensi seseorang yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran adalah:
  1. 10% dari apa yang mereka baca, di dalam kerucut Dale yaitu penerimaan Verbal yang dibaca.
  2. 20% dari apa yang mereka dengar, didapat melalui pendengaran kata-kata
  3. 30% dari apa yang mereka lihat, didapat melalui kegiatan melihat gambar, memperhatikan gambar visual yang bergerak, dan melihat pameran.
  4. 50% dari apa yang mereka dengar dan lihat, diperoleh melalui kegiatan melihat demonstrasi.
  5. 70% dari apamelakukan kunjungan, kegiatan kunjungan ini meliputi berbicara, dramatisasi (mendengar, menulis, mengatakan dan melihat)
  6. 90% dari apa yang disimulasikan melalui pengalaman nyata, pengalaman ini diperoleh langsung dengan melihat, meraba, merasakan sesuatu benda yang nyata.
Ciri-ciri Media Pendidikan
Menurut Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2002:11) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya, yaitu:
  1. Ciri fiksatif (Fixcative Proferty). Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, mnyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peritiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
  2. Ciri manipulatif (Manipulative Proferty). Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
  3. Ciri distributif (Distributive Proferty). Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang susai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisis, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Dale dalam Arsyad (2002:24) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi:
  1. Meningkatkan rasal saling pengertian dan simpati dalam kelas.
  2. Membuahkakn perubahan signifikan tingkah laku siswa.
  3. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatkan motivasi belajar siswa.
  4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar.
  5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi pengalaman belajar siswa.
  6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar.
  7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.
  8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan.
  9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat.
  10. Meyakinkan siri bahwa urutan dan kejelasn pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik yang dikutib kembali dalam Arsyad (2002:25) merinci manfaat media pendidikan sebagi berikut:
  1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
  2. Memperbesar perhatian siswa.
  3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
  4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
  5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu terutama melalui gambar hidup.
  6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
  7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Rabu, 05 Juni 2013

AIR MUSI ITU MANIS KAWAN

Destika Cahyana*)
(email: destika_cahyana@yahoo.com)

Penulis Cerita (Sang Kakak di Tanah Seberang)
Air cokelat yang mengalir di Sungai Musi itu manis kawan. Bila tak percaya, cicipilah! Lidahmu pasti merasakan manisnya sungai yang berhulu di Bengkulu dan mengalir ke Selat Bangka.
 
Tapi itu dulu kawan. Saat aku masih berselancar di dunia maya dari sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Di layar monitor di warnet samping sekolah tempatku mengajar, aku menemukan air sungai musi. Di sana sebuah pemerintah daerah yang dibelah Sungai Musi, mengumumkan ke segala penjuru negeri: mereka butuh guru tetap. Tentu sebagai guru honor, aku tertarik dengan tawaran itu.
Disebut manis karena aku menyangka pemerintah daerah itu sangat maju. Ia sedikit di antara kabupaten di seluruh tanahair yang mengumumkan kebutuhan pegawainya melalui internet. Kebanyakan daerah lain mengumumkannya lewat koran lokal.
Disebut manis juga karena dari internet pula aku mendapatkan diriku bernasib manis. Ya, di sebuah situs pengumuman, aku diterima sebagai pegawai negeri sipil di tanah yang dilalui Sungai Musi. Aku akan menghampirimu Musi. Sungai yang sebelumnya hanya kukenal dari buku yang kubaca selagi bocah. Manis bukan kawan? Di Jawa, meski aku menyandang sebutan guru teladan, tetap saja aku hanya honorer yang pahit.
***
            Lima tahun lalu aku masih berstatus sebagai mahasiswi di sebuah fakultas keguruan di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Di kampus aku giat mengikuti beragam kegiatan intra dan ekstra kampus. Kala itu masa yang paling mengesankan ialah saat aku bergiat di sebuah organisasi mahasiswa keagamaan kultural.
Meski banyak teman menyebutku tidak gaul karena bergabung di organisasi itu, aku tak peduli. Perempuan di organisasi itu kerap disebut mahasiswi kerudungan, yang pria disebut mahasiswa sarungan. Ah, teman-temanku ada-ada saja. Mereka pasti tak tahu apa yang kami lakukan.
            Sejujurnya aku bahagia di sana. Aku mengenal persaudaraan seagama, sebangsa, dan sesama umat manusia di sana. Aku juga mengetahui banyak kakak-kakakku yang dianggap tradisional ternyata berkuliah di luar negeri: dari Timur Tengah hingga negeri Paman Sam.
            Mereka kakak-kakakku giat belajar. Obsesi mereka mematahkan anggapan sarungan yang melekat di tubuh. Sepulang dari luar negeri mereka kerap datang berdiskusi dengan kami. Dari diskusi itulah kuketahui mereka pintar, kritis, modern, dan penuh ide gila. Sebutan kaum sarungan yang hanya manut tak tergambar sama sekali.
Yang jelas mereka pandai mengawinkan budaya lokal di tanahair dengan budaya maju di barat juga di timur. Mereka tak mentah-mentah menerima yang dari timur atau dari barat. Ciri khas mereka yang utama ialah lembut dan toleransi pada yang beda, bahkan melindungi yang minoritas.
Aku iri pada mereka. Hingga kemudian aku lulus dan mesti kembali ke sebuah kota di kaki Gunung Muria sebagai guru honor. Beragam pengalaman di organisasi dan diskusi dengan kakak di organisasi dulu yang menuntunku menjadi guru honor teladan di kabupaten. Aku berhasil mengawinkan teknik belajar quantum ala Amerika untuk anak desa.
Di kota sendiri teknik itu hanya dipakai di sekolah internasional dan kursus yang mahal. Kadang aku bangga. Tapi, tetap saja, status honor ternyata pahit kawan. Hidup di Daerah Aliran Sungai Musi sebagai PNS tentu lebih manis bukan? Itu pikirku ketika itu.
***
           
          Di sini, di daratan yang mesti ditempuh 4,5 jam perjalanan speedboat dari bawah Jembatan Ampera, Palembang, aku ditugaskan. Setiap hari hanya ada 1 speedboat berkapasitas 12 orang yang menghubungkan daratan ini dengan pusat kota. Mereka menyebut daratan ini sebagai jalur.
Nama daerah disebut dengan angka sesuai dengan penomoran jalur-jalur yang dulu dibuat ketika program transmigrasi dicanangkan. Listrik asal mesin diesel hanya menerangi malam sehabis magrib hingga selepas isya. Selebihnya daratan ini ditemani lampu petromak atau gelap gulita.
       Sekolah tempatku mengajar hanya satu-satunya di kecamatan. Dengan guru seadanya yang merangkap-rangkap mata pelajaran. Konon, pernah ada 10 guru pegawai negeri sipil diangkat 3 tahun silam secara berbarengan. Namun, tak sampai setahun, lambat laun tinggal 1 yang tersisa dari angkatan mereka. Entah karena apa.
            Ah, aku seperti terlempar dari kaki Gunung Muria yang pahit ke Tanah Musi yang kukira manis. Jalur-jalur sungai yang membelah daratan kami mirip Venesia yang ditelantarkan. Atau lebih tepatnya embrio Venesia sebelum menjadi kota sungai terindah di dunia. Aku tak tahu yang mana yang tepat.
Siswanya ...
Satu-satunya hal istimewa yang kurasakan saat ini hanya satu. Aku menemukan seorang perempuan muda guru fisika. Ia 1 guru yang tersisa dari 10 orang yang datang 2 tahun silam. Ya, guru muda itu masih bertahan mengajar di jalur. Bahkan setiap akhir pekan ia kembali ke Palembang untuk menyelesaikan gelar master. 
Di kepala perempuan muda itu ada mimpi menjadikan anak-anak daratan itu mengubah jalur menjadi Venesia di kemudian hari. Lagi-lagi aku iri pada dia, seperti aku iri pada kakak-kakakku dulu kala masih di bangku kuliah. Tapi setidaknya, air cokelat di Sungai Musi kembali manis kawan. Bila tak percaya, cicipilah!***

Rabu, 29 Mei 2013

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

Team Teaching Physic 2008/2009

Pengertian Silabus 
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. 

Prinsip Pengembangan Silabus 
  1.  Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 
  2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. 
  3. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 
  4. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. 
  5. Memadai Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 
  6. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 
  7. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 
  8. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). 
Unit Waktu Silabus 
  1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. 
  2. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. 
  3. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi. 
Pengembang Silabus Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan. 
  1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/madrasah dan lingkungannya. 
  2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah tersebut.
  3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait. 
  4. Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat. 
  5. Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. 
Langkah-langkah Pengembangan Silabus 
  1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI; b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
  2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: a. potensi peserta didik; b. relevansi dengan karakteristik daerah; c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; d. kebermanfaatan bagi peserta didik; e. struktur keilmuan; f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan h. alokasi waktu. 
  3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. 
  4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
  5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian. a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. 
  6. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. 
  7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 
Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengembangan Silabus Fisika Penyusunan dan pengembangan contoh model silabus mata pelajaran fisika dilakukan oleh tim pengembang dan pembahas dengan mempertimbangkan prinsip pengembangan silabus, yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, actual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. 

Pengembangan silabus dilakukan dengan cara mengembangkan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar mengacu pada pada pencapaian kompetensi dasar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006. 
Indikator digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi yang memuat pengetahuan, sikap, maupun keterampilan sesuai dengan kompetensi dasar. Materi pembelajaran dipilih untuk setiap kompetensi dasar sebagai sarana untuk mencapai kompetensi, berdasarkan hasil kajian dari standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran fisika. 

Kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan karakteristik kompetensi dasar, standar kompetensi, potensi peserta didik dan daerah, serta lingkungan. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran mata pelajaran fisika, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui kegiatan keterampilan proses, meliputi eksplorasi (untuk memperoleh informasi, fakta), eksperimen, dan pemecahan masalah (untuk menguatkan pemahaman konsep dan prinsip). Setiap kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator dengan intensitas pencapaian kompetensi yang beragam. Kegiatan eksplorasi (informasi dan fakta) dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengkonstruksi pengetahuan sesuai tuntutan kompetensi dasar. Kegiatan eksperimen dilakukan untuk memperkuat kompetensi yang dicapai. Sedangkan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan dalam diskusi kelas bertujuan untuk menguatkan kompetensi dalam penguasaan konsep maupun prinsip sesuai dengan kompetensi dasar. 

Kegiatan pembelajaran yang mencirikan potensi dan karakteristik daerah serta lingkungan tidak seluruhnya dapat diakomodasi pada tiap kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran seperti yang tertuang dalam contoh silabus mata pelajaran fisika bersifat fleksibel sehingga tidak dinyatakan dalam sejumlah indikator maupun alokasi waktu tertentu.. 

Guru mata pelajaran dapat membagi alokasi waktu untuk setiap kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki mengacu pada alokasi waktu dalam satu kompetensi dasar. Rincian kegiatan pembelajaran disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian setiap kompetensi dasar dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran maupun hasil akhir pembelajaran. 

Pemilihan alokasi waktu didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar dan ketersediaan alokasi waktu per semester sesuai dengan struktur kurikulum yang tertera dalam standar isi. Alokasi waktu per semester untuk mata pelajaran fisika kelas X (sepuluh) berjumlah 36 jam pelajaran yang diperoleh dari alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu dikalikan 18 minggu efektif dalam satu semester. Alokasi waktu per semester untuk mata pelajaran fisika kelas XI (sebelas) dan XII (duabelas) berjumlah 72 jam pelajaran yang diperoleh dari alokasi waktu 4 jam pelajaran per minggu dikalikan 18 minggu efektif dalam satu semester. 

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Bahan ajar disusun dan dikembangkan oleh guru sebagai acuan kegiatan peserta didik maupun materi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Penentuan bahan ajar didasarkan pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan kegiatan pembelajaran. Pemilihan alat dan media untuk kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan untutan kompetensi, karakteristik satuan pendidikan, dan kebutuhan peserta didik. Prioritas pemilihan alat dan media dilakukan guna mendukung pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal. 

Contoh Model Silabus 
Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam menyusun format urutan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan, sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus.

MUARA SUGIHAN; SEPENGGAL CERITA ...!!!

SMAN 1 Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin
Inilah lokasi tempatku mengajar ... SMAN 1 Muara Sugihan salah satu sekolah di Kebupaten Banyuasin, yang lokasinya ada di Desa Cendana Jalur 14 dengan waktu tempuh 3,5 jam di atas speed boat hitungan mulai perjalanan dari dermaga Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang. Sekolah yang memiliki 11 rombongan belajar ini terletak di tengah-tengah sawah, jalan penghubung antara desa Cendana dengan desa blok H, masing-masing tempuh antara 2,5 km dan 3 km. 



Mess Guru

Buatku guru yang berasal dari Palembang untuk dapat menetap disana selama jadwal mengajar, disediakan mess guru. Mess yang dibangun sejak tahun 1989, bersamaan dengan pembangunan sekolah ini, sudah tampak begitu rapuh. Namun, semangat guru-guru disana tak serapuh bangunan itu ... "harapannya". 

Dalam setiap ruang itu telah banyak menceritakan kisah, entah itu suka, duka, ataupun bahkan mimpi, dan jeritan hati. Hati-hati yang dipisahkan dengan belahan hatinya, karena sebuah pilihan. Pilihan yang mengharuskan dan merelakan sebagian hati indah itu terbang menanti seiring deburan ombak yang dibawa kencang sang angin. Setiap ruang yang berisi tangisan dikala malam, tawa yang mengiringi hati kala rapuh, dan tatapan mata kosong penuh harap setibanya senja. 

Abi dan Ima di BKB
Inilah wajah penantian itu ... wajah suami dan anakku ketika melepas kepergianku, bersama sang waktu 4 malam 5 hari, demi satu kata "pengabdian". Wajah yang sama sejak 1 April 2009 hingga sekarang disetiap minggu siangnya saat mengantar keberangkatanku dari dermaga BKB. Wajah yang menyimpan sejuta harap ...! Berharap aku selamat, berharap aku bersabar, dan iapun belajar bersabar ... berharap aku kembali dengan suka cita di hari kamis pagi selanjutnya. Harapan yang tak dapat kubaca di wajah sikecil ... namun selalu setia melepas kepergianku dengan senyumannya. 

Hanya satu kata yang terus terngiang ditelingaku "kapan umi itu tidak ke jalur lagi!", aku tidak bisa menjawabnya. Ku ihklaskan kepada sang waktu ... walau aku tak pernah berhenti berusaha, walau gagal, gagal, dan gagal lagi, aku terus, terus, dan terus berikhtiar. Dalam tautan do'a penuh harap ku yakin waktunya kan tiba "Allah akan memberikan yang terbaik untukku". 


Wajah Ima melepas Ummi
Ah ... coba lihat kembali wajah kecil dengan ekspresinya ketika kucium ia dan berpermanitan pergi. Tanpa senyum lagi tak mau menatap wajahku "oh anakku, maafkan ummi, telah ummi toreh sebuah luka dihatimu". Begitupun suamiku ... tanpa kusadari tatapan nanarmu melepas speed boat yang membawaku membuatku sadar ... betapa kau mengkhawatirkanku. Seperti ucapanmu "andai kita boleh bertukar posisi, biarlah aku yang menjalani perjalananmu". Terima kasih abi ... lirihku. 
Wajah Abi Melepas Ummi


Menjelang magrib aku biasanya tiba di Muara Sugihan, pernah satu waktu sms tak hadir di handphone suamiku, cemas hatinya ... tak henti ia menelponku, namun tak ada jawaban dariku. Itulah kendala signal yang sering terjadi ... namun ternyata kecemasannya itu beralasan tepat, karena speed boat yang kutumpangi mengalami patah kipas, dan aku bersama yang lainnya terdampar disudut perairan kecamatan Muara Padang. Sehingga harus menunggu bala bantuan dari rekanan speed boat. Jadwal Isya' telah lama berlalu barulah aku akhirnya tiba juga dengan selamat di Muara Sugihan.

Cerita seperti ini sudah biasa buatku, pernah pula ketika melewati selat Bangka karena ada penumpang yang pulang kearah itu, ternyata ombak di selat Bangka mencapai 1,5 m sampai 2 m, sampai-sampai salah seorang ibu tak hentinya berucap "Allahu Akbar ..., ya Allah ..." sangking paniknya sang ibu. Jantungkupun berdegup dengan kencang ... sampai-samapai sang supirpun berujar "ibu tolong jangan panik, nanti saya jadi gugup nih". Oala ...

Sepeda Ontel
Nah itu dia sepeda setiaku, yang menemani hari-hariku disana, maklum aku kan tidak bisa bermotor, kalaupun berani hanya diseputaran komplek perumahanku di Palembang. Buatku ini harus dibiasakan ... menggoes sepeda itu atau berjalan kaki sejauh 2,5 km bahkan 3 km hanya demi membeli sebungkus mie, atau kebutuhan lainnya, serta memesan speed boat untuk pulang ke Palembang di rabu sore. Itulah jadwal tetapku. Pondokan itu tempatku serta teman-teman lainnya berkumpul disenja hari ... mulai dari menceritakan tingkah siswa, sampai berbagi cerita perjalanan di speed boat ketika kita tidak berangkat bareng. 

Hmm ... dari 14 guru tetap (PNS) termasuk Kepala Sekolah yang memiliki kehidupan sama sepertiku, 4 malam 5 hari, berangkat minggu siang dan kembali lagi kamis pagi keesokannya ada 3 guru. Mungkin dengan merekalah aku lebih merasa nyaman berbagi cerita ... karena memiliki kesamaan "rasa". Sisanya memilih tinggal dan membangun peradaban di sana. Jujur aku salut dengan pilihan teman-temanku yang hijrah beserta anak dan suaminya, bahkan sampai mengajak orang tua mereka tinggal di mess-mess sekolah yang sudah benar-benar rapuh. Kemudian berbagi ruang karena harus bersama-sama dalam satu atap ... Apapun pilihan itu memiliki konsekuensinya masing-masing, begitupun dengan pilihanku. 

1 April 2009 ... sekarang telah hampir 3 tahun aku menjalani ini, tak layak jika aku tak bersyukur kepada-Nya, atas segala kenikmatan yang diberikan-Nya kepadaku dan keluargaku. Hanya aku tidak mampu membohongi hatiku ... aku ingin hijrah, kembali bersama belahan hatiku yang tertinggal itu. Dalam tautan do'a dibalut rasa sabar ... dan penuh kegigihan aku terus berjuang meraih mimpi sederhanaku, dapat berkumpul seperti keluarga lainnya. Ada rasa dingin kala melihat sosok keluarga teman-temanku disore hari dipondokan itu berkumpul, ah ... andaikan akupun mampu bermanja!!! Inilah sepenggal ceritaku di Muara Sugihan entah sampai kapan aku menjalaninya ... semoga ada hati yang terketuk, bukan berharap kepada manusia. Namun dengan kelembutan tangan-Nya dapat menggetarkan hati para pemimpinku, untuk bisa berbagi rasa ... rasa yang tersimpan dihati ini tanpa mampu kusampaikan, bahwa akupun merindu!!!


Satu hal yang tak pernah kan terlupakan Muara Sugihan lah yang menjadi semangatku untuk menyelesaikan studi S2 ku di Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya (2008 - 2010). Kekuatan yang hadir begitu kuat membangkitkan alam bawah sadarku yang sempat tertidur ... perjuangan bolak-balik yang tidak bisa tergambarkan. Berkat cinta-Nya, berkat kasih-sayang-Nya dan dengan sentuhan-sentuhan-Nya yang menyadarkanku akan arti berserah pada-Nya, membuahkan goresan indah tak terkira ... Andai tanpa sentuhan-Nya, semua ini tidak mungkin kuraih. Terima kasih ya Allah ... terima kasih ya Rahman, terima kasih ya Rahim ... Izinkan hati ini terus bercinta dengan-Mu, bersama kekasih-kekasih duniaku.Aamiin