Translate

Jumat, 02 Desember 2011

KOHATI; HMI WATI DAN DINAMIKA GERAKAN PEREMPUAN

Dalam teater kemanusiaan, diskursus mengenai perempuan sudah ada sejak manusia itu dilahirkan, baik status, tugas, juga hak dan kewajiban. Perkembangan pemikiran seiring dengan paradigma masyarakat pada masanya (gradual), begitu dalam dengan masalah perempuan.

Pada awalnya tugas dan peranan perempuan berada pada bidang mengurusi anak, rumah dan sekitarnya (domestik) kemudian kini mulai merambah pada sektor publik. Isu marginalisasi satu jenis dari lainnya serta beberapa perilaku ketidak adilan menjadi headline pembicaraan masyarakat. Begitu pula halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (1)

Sejak berdirinya, kontribusi besar perempuan sudah nampak. Hal itu dapat dilihat pada sosok dan peran aktif dua orang hawa yaitu Maesaroh Hilal dan Siti Zaenah1 yang secara struktural terlibat dalam kepengurusan (Maesaroh Hilal bendahara II). Kemudian menyusullah HMI-Wati lainnya seperti Tejaningsih, Siti Baroroh Bried, dan Tujimah. Mereka adalah inang–inang pengasuh HMI pada awal kelahiran KOHATI. (2)

Dari tahun ke tahun, pase ke pase berikutnya aktifitas dan peran HMI-Wati include dalam rangkaian kegiatan organisatoris HMI dengan mengikuti dinamikanya mulai dari revolusi fisik, mempertahankan kedaulatan sampai dengan pemberontakan PKI. Pada masa orde lama, orde baru dan reformasi, internal organisasi, secara nominal, data base anggota HMI terus meningkat. The sleeping giant mungkin julukan yang dapat dilekatkan pada HMI- Wati saat itu karena potensi yang sangat besar yang dimiliki, akan tetapi perempuan hanya menjadi objek pengkaderan saja di HMI. 

Masalah-masalah kewanitaan di HMI semula kurang mendapat porsi pengarapan yang wajar. Kegiatan-kegiatan HMI-Wati hanya ditampung dalam bentuk seksi atau departemen keputrian. Dalam kaderisasi informal, HMI-Wati ditempatkan pada bagian- bagian yang kurang strategis (seksi komsumsi, perlengkapan, paling tinggi sekretaris) untuk menunjukkan peran dan potensi mereka yang sebenarnya, jarang sekali HMI-Wati diposisikan pada bagian yang layak disandang. 

Secara kualitas, kader kader HMI-Wati memiliki potensi besar untuk itu, tapi budaya patriarki yang masih merambah dalam aktifitas HMI sehingga menyulitkan HMI-Wati untuk tumbuh dan berkembang. Belum lagi image tentang kiprah aktivis perempuan yang dibatasi oleh perspektif lingkungan sekitarnya pun membuat HMI-Wati makin tertinggal dalam hal kaderisasi. HMI secara organisasi memiliki konsep pengkaderan yang sangat mapan di bandingkan dengan organisasi pemuda lainnya, seharusnya tidak memandang bulu dalam menjalankan roda organisasi. Tetapi segala bentuk kemapanan akan melahirkan pergolakan HMI-Wati mulai sadar bahwa potensi mereka perlu ditingkatkan dari hanya sekedar objek menjadi subjek, sehingga mereka dapat mengembangkan diri secara khusus dan dibutuhkan adalah sebuah wadah akselerator tersendiri bagi kaderisasi HMI-Wati, dengan tidak menafikkan ruang yang sudah ada. (3)

Maka lahirlah ide pembentukan KOHATI. Gagasan pembentukan KOHATI lahir pas musyawarah kerja HMI Jaya pada tanggal 12 desember 1965 dengan maksud lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota HMI Putri dan ikut serta dalam melaksanakan cita- cita perjuangan bangsa melalui satu wadah dan membentuk HMI-WAti menjadi kader- kader yang peduli pada organisasi kemasyarakatan, sosial politik serta bidang kewanitaan.(4)
Kemudian KOHATI dikukuhkan dengan surat keputusan no 239/A/Sek/1966 tertanggal 11 juni tentang pembentukan Korp HMI Wati.
Untuk sementara korp ini dibentuk dalam tingkatan cabang, komisariat dan rayon dengan status semi otonom. Pembentukan KOHATI secara nasional dilaksanakan pada kongres VII HMI di Surakarta tanggal 10-17 september 1966, dalam sub komisi musyawarah HMI-Wati telah memtuskan mendirikan Korps HmI-Wati disingkat KOHATI tanggal 17 september 1966.(5)

Dalam buku lain dijelaskan latar belakang berdirinya KOHATI karena situasi politik akibat meletusnya Gestapu /PKI. Untuk mempersatukan seluruh guna menumpas kekuatan gerakan 30 september, muncullah kesatuan kesatuan aksi termasuk Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI). Dan sebagai perwakilan HmI-Wati dibentuklah KOHATI. Selain itu situasi intern HMI sendiri, didirikan lembaga-lembaga khusus yang bertujuan mengembangkan keahlian dari anggotanya. Lahirlah KOHATI dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan serta pembinaan HMI-Wati di bidang kewanitaan baik intern maupun ekstern HMI. 

Agusalim dalam makalah yang disampaikan pada seminar sejarah KOHATI di Yogyakarta 19-20 november 1982, memaparkan bahwa yang menjadi latar belakang berdirinya KOHATI adalah:
  1. Karena semangat dan jiwa islam yang tertanam pada setiap anggota HMI- Wati yang menempatkan wanita pada tempat wajar. 
  2. Karena semangat dan realisasi emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh RA Kartini. 
  3. Karena tuntutan HMI sendiri, karena secara kuantitas maupun kualitas memungkinkan sekali mendirikan KOHATI sebagai badan khusus yang bergerak di bidang kewanitaan. 
  4. Kondisi intern yaitu dengan berdirinya sebagai korp di kalangan angkatan bersenjata, memacu semangat HMI-Wati mendirikan wadah sejenis. 
  5. Faktor politik, agar HMI-Wati ikut bersama kelompok wanita lain bekerjasama menumpas Gestapu/ PKI.
  6. Karena berdirinya lembaga –lembaga khusus dalam HMI seperti LDMI, LKMI, LSMI, LPMI, LAPMI, dan lain lain. 
  7. Dalam rangka peningkatan dan pengembangn kegiatan dan pembinaan HMI-Wati di bidang kewanitaan dalam rangka pembentukan kader HMI-Wati sebagai patriot komplit. 
Seperti yang dilaporkan PB HMI bahwa perkembangan KOHATI sangat cepat karena HMI sebagai induknya sudah ada di berbagai cabang, komisariat, rayon di Indonesia. Pada usianya yang kedua setengah tahun, KOHATI berhasil membentuk 70 cabang dari 110 cabang HMI. 

Dari perkembangan ini, dibeberapa tempat konflik organisatoris disebabkan adanya penyempurnaan organ KOHATI. Konflik tersebut timbul karena HMI kurang mampu mengelola organisasi dengan baik, sehingga KOHATI terdorong kearah eksklusif. Hal ini pun diakui KOHATI sendiri. Akibatnya dibeberapa cabang terjadi “salah tindak” dan “salah pengertian” antar HMI-Wan dan HMI-Wati yang menimbulkan penilaian negatif terhadap KOHATI, seperti anggapan bahwa HMI- Wati mengalami eksklusifisme dan sentrifugalisme

Akibatnya HMI mengangap KOHATI ingin melepaskan diri dari HmI, ini semua terjadi karena kurangnya koordinasi HMI. Adalah sangat wajar apabila sebuah komunitas yang heterogen dipertanyakan masalah keterbukaan terhadap eksponen diluar komunitasnya. Terlebih lagi tidak semua HMI-Wati masuk dan beraktifitas didalam wadah KOHATI. Bukan berarti berbicara KOHATI menafikan peran HMI-Wati di luar struktur akan tetapi secara organisatoris, berbicara KOHATI adalah berbicara kebutuhan dan kepentingan HMI-Wati. Dan peran mereka pun patut diperhitungkan tidak dapat dipungkiri, terkadang HMI-Wati tidak mengerti lembaga KOHATI dan sering kali mereka mengangap badan khusus ini “menganggu” aktivitas HMI-Wati. Seyogyanya semua permasalahan organisasi ini diselesaikan dengan mekanisme organisasi. 
Pada perkembangan selanjutnya, berlandaskan ideologi pembebasan, beberapa cabang HMI di daerah menguji cobakan bentuk bentuk baru dari wadah KOHATI, seperti bidang keadilan gender (wilayah Jawa Tengah), lembaga peningkatan partisipasi HmI- Wati (Karawang), bidang peningkatan gender (Ciputat ), dan wadah wadah lain. Hal hal tersebut merupakan euphoria dan pesatnya pemikiran tentang kemandirian perempuan. HMI-Wati menempatkan dirinya untuk mengadopsi pemikiran dari luar dengan berakar pada budaya bangsa sebagaimana yang ditulis oleh mbak Aniswati M Kamaludin, seorang tokoh HMI-Wati: 
  1. KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi putra putri islam yang berpendidikan tinggi
  2. KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi istri- istri yang bijaksana, kekasih suami yang serba bisa,
  3. KOHATI dituntut untuk menjadi ibu ibu yang bisa membina anak anaknya menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bertakwa kepada Allah SWT. 
  4. KOHATI dituntut untuk menjadi wanita-wanita dinamis, kreatif dan sadar bahwa ia adalah masyarakat yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan negaranya. 
Upaya trial dan error tersebut membuktikan bahwa kepentingan anggota harus diakomodir oleh satuan organisasi yang menyuntingkanya, dan untuk mengatur relasasi antar HMI-Wan dan HMI-Wati harus mengunakan jalur konstitusi dengan memandang perlu dengan arti kebijakan lokal cabang setempat. 

Dalam perkembangan selanjutnya, KOHATI secara organisatoris merupakan badan pembantu HMI setingkat sebagai perpanjangan tangan mewujudkan tujuan HMI. 
  1. Untuk internal organisasi HMI, periode pertama KOHATI adalah menata wadah atau konsolidasi, bagi segi struktur operasional maupun personil. 
  2. Disektor eksternal HMI, KOHATI berperan sebagai LSM Perempuan dan ikut serta berperan aktif dalam federasi organisasi keperempuanan di masing masing tingkatanya. KOHATI duduk di forum kerja sama wanita sekber Golkar, KAWI, BKOW (Badan Koordinasi Organisasi Wanita) dan PEMIAT (Persatuan Mahaiswa Islam Asia Tenggara). Kemudian tahun tahun berikutnya KOHATI bergabung dengan KOWANI dan BMOWI (Badan Musyawarah Organisasi Wanita Islam ) bahkan sejak KOHATI ikut bergabung dalam federasi tersebut, kader kader terbaik KOHATI menjadi pengurus organisasi tersebut di tahun tahun berikutnya sampai dengan hari ini. Dimensi eksternal KOHATI pun menyentuh spektrum internasional. Hal tersebut terlihat dengan keterlibatan KOHATI sebagai peninjau bahkan peserta penuh dalam even even internasional (Internasional Seminar, Peace Youth Foundation, AMSEC Meeeting, dll. 

Ini membuktikan bahwa kiprah KOHATI terbukti berhasil. Dan dibawah koordinasi kementrian negara pemberdayaan perempuan dan LSM Perempuan, KOHATI ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan pemberdayaan perempuan. Setelah selesai mengabdi di HMI, peranan HMI-Wati terus menerus tanpa henti, aktivitas KOHATI bermunculan di yayasan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan kewanitaan bahkan ada yang bergerak di bidang bisnis, travel, jurnalistik, catering, dll. 

Bahkan dunia politikpun di gandrungi oleh alumni KOHATI. Dan senior KOHATI pun membentuk sebuah forum yang hampir sama dengan KAHMI dengan nama Forum Alumni Kohati (FORHATI) pada tanggal 12 desember 1998 di Jakarta.  

Daftar Bacaan 
         Sitompul, Agusalim, Histiografi Himpunan mahasiswa Islam (HmI) tahun 1947- 1993, (Jakarta : intermasa, 1995 ) 
       .……………….., Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HMI (1947-1997 ), (Jakarta, Logos, 2002) 
               KOHATI PB Periode 1994- 1996, KOHATI Dalam Sejarah 1966-1994 

Footnotes 
  1. Agusalim sitompul, Histiografi Himpunan mahasiswa Islam Tahun 1947-1993, (Jakarta : Intermassa, 1995), hal 75 
  2. Ibid, hal 209 
  3. Agusalim sitompul, Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HmI 1947-1997, (jakarta :logos,2002), hal 229-230
  4. Korps HMI Wati Dalam Sejarah,1966-1994, KOHATI PB HMI Periode 1994-1996 (Jakarta), hal 13 
  5. Agusalim, Histiografi, Op.Cit, hal 210-211. 
  6. Ibid, hal 174 7. Ibid, hal 210 
  7. Agusalim, Menyatu Dengan Umat, Op, Cit, hal 230 
  8. Agusalim, histiografi, Op, Cit, hal 176

KOHATI; Eksistensi, Aktualisasi, dan Akselerasi

KOHATI 
KOHATI adalah singkatan dari Korp HMI-wati, yang merupakan salah satu badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. 

KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H, bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 pada Kongres HMI ke-8 di Solo. Secara detail mengenai kelembagaan ini dapat dilihat dalam folder PDK (Pedoman Dasar Kekohatian).

KOHATI sebagai salah satu badan khusus yang ada di HMI (pasal ‘57’ ART HMI) memiliki bidang kerja yang sangat khusus dan visioner, yakni keperempuanan. Bicara mengenai perempuan bukanlah hal yang terdengar asing di lingkungan kita, apalagi di kalangan aktivis dan juga sebagai mahasiswa.

Pembicaraan mengenai perempuan itu tidak jauh dari seputar fisik perempuan, peran perempuan–publik dan domestik, tenaga kerja perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, dan segala isu lain yang menyangkut perempuan. Memang terdengar menjadi begitu spesialnya makhluk yang bernama perempuan ini, sehingga banyak didiskusikan di berbagai kalangan di berbagai tempat. 

Dan HMI, sebagai organisasi mahasiswa pertama di Indonesia juga harus berstrategi untuk mengembangkan misinya dalam bidang keperempuanan ini. Sebagai organisasi kader, misi HMI dapat ‘dibantu’ dikembangkan dalam bidang keperempuanan. Namun perubahan yang mendasar dapat dilakukan dalam suatu wadah pengembangan organisasi, yang di HMI disebut dengan KOHATI. 

Eksistensi, Aktualisasi, dan Akselerasi KOHATI 
Eksistensi KOHATI menjadi satu hal yang sangat penting, karena ia menjadi “laboratorium hidup” dalam menghasilkan HMIWati yang berkualitas menghadapi masa depan. Kualitas yang dihasilkan adalah kualitas terbaik sebagai seorang putri terhadap orang tuanya, seorang ibu bagi anak-anaknya, seorang istri bagi suaminya kelak, serta menjadi seorang anggota masyarakat. Adalah suatu hal naif bila dikatakan eksistensinya menjadi kehilangan makna. Di kelompok manapun, suatu kelembagaan berdasarkan segragasi seks niscaya diperlukan. KOHATI (Korp HMI Wati) sebagai sebuah lembaga keperempuanan yang ada di Himpunan Mahasiswa Islam tentulah juga memiliki peran penting dalam pergerakan perempuan di Indonesia. 

Sejak didirikannya pada tanggal 17 September 1966, peranannya dirasakan bukan hanya di lingkungan internal organisasi, namun pula masyarakat secara keseluruhan. Sebagai lembaga perkaderan, KOHATI sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, yakni terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita. Berbagai dinamika perkembangan KOHATI dari periode ke periode menunjukkan karakter dan pencirian yang berbeda-beda. Misalnya saja dapat dilihat pada awal pembentukannya, terdapat tiga semangat yang melatarbelakangi lahirnya KOHATI ini, yakni eksistensi, aktualisasi serta akselerasi. 

Eksistensi yang dimaksud adalah adanya suatu semangat dan kesadaran dari kaum hawa untuk dapat menjadi subjek dalam pembangunan bangsa. Sedangkan aktualisasi bermaksud untuk menyatakan dalam tindakan nyata untuk mengadakan pembaharuan dan perbaikan dalam menghadapi tantangan zaman yang senantiasa berubah. Serta akselerasi adalah semangat dalam melakukan percepatan peran sosiologis dan politis, yang ditunjukkan sebagai lembaga.

Jayalah KOHATI

SEJENAK UNTUK DIRENUNGKAN

oleh Dina Rosdiana 
pada 10 Januari 2010 jam 16:20 

Coba lihatlah bangunan keluarga lengkap dengan segala aspek yang terkait denganya. Lihatlah pula bagaimana sebuah bahtera. Bandingkan antara keduanya. Tidak salah jika kita katakan bahwa keluarga memang ibarat bahtera, yang butuh kesatuan tekad di antara orang-orang yang ada di dalamnya ---terutama suami dan istri sebagai pemegang kendali--- agar bisa satu arah dalam berlayar. 

Butuh kesadaran dan kesungguhan yang senantiasa terjaga di atas ketekunan dan kesabaran, agar mampu menghadapi dan keluar dengan selamat dari setiap gelombang, atau bahkan badai yang pasti hadir di tengah samudra kehidupan. Di saat baru mulai berlayar; saat-saat indah penuh harmoni dalam tekad yang padu dan masih segar karena baru diikrarkan, sapaan nan idndah dan perhatian penuh kelembutan, angin sepoi menghilir permukaan pantai yang tenang, dan bintang-bintang pun bertaburan menyertai senyum sang rembulan. Keindahan yang terperikan!!! 

Tapi ketika bahtera makin jauh dari tambatan, makin ke tengah makin sering menemui berbagai persoalan yang menjadi realistis dalam mengarungi samudera, berupa panas terik yang menyengat di kala siang, malam dingin gelap tanpa penerang, gejolak ombak dan badai yang setiap saat datang menghadang perjalanan, dalamnya fitnah yang mengancam, menenggelamkan, seiring bertambahnya muatan yang menjadikan makin banyaknya urusan yang menjadi persoalan, meluruhkan keindahan dan memudarkan ikatan. Oleh karenanya, jika ada saat ketidakharmonisan hadir karena dipicu perbedaan yang sepele sekalipun, hendaklah diingat saat-saat indah penuh kemesraan yang pernah dirasakan, dan menjadikan kenangan selama proses menuju pernikahan dulu menjadi penyejuk hati saat kegerahan. Apabila terdapat beberapa perkara yang ada pada belahan hati, yang ternyata bukan sebagaimana yang diharapkan, atau terdapat selisih dari gambaran tak kala di awal mencoba saling mengenali, maka sebagai mukmin ia mesti mampu menjaga batas pada apa yang bermanfaat baginya saat ini dan di masa yang akan datang. Tiada lagi guna penyesalan seberapapun itu, niscaya lebih baik jika bisa menerima sepenuh kesadaran atas semua keadaan yang sama-sama telah menjadi milik berdua ---baik itu kelebihan atau kekurangan, keutamaan ataupun cela--- kemudian berusaha mengambil apa yang perlu dan bermanfaat untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. 

Sebaiknya masing-masing memahami, bahwa setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam banyak hal dan pernah berproses dengan alur serta pentahapan yang berbeda pula. Bahkan modal awal yang diberikan Allah bagi masing-masing kita boleh jadi juga berbeda sehingga capaian saat ini bukanlah ukuran nilai di sisi Allah, karena bobotnya apa pada usaha. Belahan hati bukanlah boneka yang bisa kita permak sesuka hati kita. Ia juga bukan benda mati yang bisa kita perlakukan sekehendak selera. Kebersamaan niscaya tidak akan pernah sempurna kecuali dengan pengertian yang cerdas dan dewasa. Yang sebagiannya adalah pemahaman atas harapan masing-masing, yang realistiasnya hampir mustahil untuk persis-sama. Harmoni yang kita dambakan adalah perpaduan antara kasih sayang, tanggung jawab, dan pengertian. Makna dari sebuah ikatan adalah kukuhnya amanah. 

Oleh karena itu, masing-masing sudah semestinya menegakkan hak dan kewajiban sesuai syariat yang telah ditetapkan, sebagai istri bagi suami, sebagai suami dari istri, sebagai anak dan menantu dari orang tua dan mertua, bahkan sebagai tetangga orang-orang sekitar. Semestinya diingat pula bahwa pernikahan memuat makna yang lebih luas dari sekedar terjadinya ikatan di antara dua insan, namun ia juga merupakan salah satu pilar dari bangunan kekuatan yang dibutuhkan demi tegaknya Dienul Islam. Ia semestinya menjadi bagian dari solusi di antara masalah yang terus bertambah, untuk menebus kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Keluarga adalah pondasi utama untuk memperkokoh pijakan perjuangan ketika ia bersedia menjaga orientasi dan mampu mendidik generasi yang dilahirkannya.  

(Membuka memori resepsi pernikahanku 22 Desember 2002) 
Tulisan ini kuhadiakan kepada semua teman-temanku yang telah banyak membantu, meluangkan waktu hingga hari bersejarah itu ada dalam perjalanan hidupku. Semoga inipun menjadi renungan para sahabatku dengan kekasih-kekasihnya. 

Spesial: Abi Bayumi yang menemani hari-hari ummi dengan kelembutan dan cinta.

Epilog Jiwa: Penemuan Cinta Ku ... !!!

oleh Dina Rosdiana
18 Februari 2010 jam 11:38 

Go A Head ... Yakin Usaha Sampai
Tulisan ini hanyalah sebuah refleksi diri atas perjalanan yang kulalui, tulisan ini dibagi sebagai bentuk rasa cintaku kepada semua sahabat-sahabat dan juga teladan-teladan hidupku yang mencoba mengaplikasikan nilai-nilai universalitas tersebut dalam hidup.

Tulisan ini kuhadiahkan untuk diriku sendiri dan terkhusus untuk kalian semua yang berdedikasi tinggi dalam menggapai cinta-Nya. Terima kasih telah mau menjadi bagian dalam perjalananku hingga hari ini ... ku yakin keindahan hari esok akan ku raih dan ku nikmati bersama cintaku dan seluruh sahabat-sahabatku yang juga mencintaiku. I love you all ...! Selamat membaca.

Kisah bermula dari kepenatan hati ketika melihat kenyataan yang berbeda dengan idealitas yang selama ini kupelajari, jika dunia kerja adalah tempat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sebelumnya, mengapa semua ternyata bertolak belakang? Ini yang terus menghantui pikiran ku dan menjadi berat kurasakan untuk mampu bertahan. Namun ... aku beruntung berada di sekeliling orang-orang yang menyayangiku, yang selalu memberikan motivasi dan energi positif untuk aku terus berpikir besar, besar, dan besar.

Cerita diawali ketika teman hidupku mengatakan satu hal yang mengejutkan ku ... “kemana tulisanmu terkait dengan pembejaran quantum?” katanya berulang-ulang kepadaku. Aku bingung maksudnya apa? Selang beberapa hari iapun mulai kembali menanyakan hal yang serupa, pertanyaan hati yang tak sempat terjawab itu akhirnya kuutarakan kepadanya, jawabnya sederhana “kembali belajar dari tulisan itu, kembalilah mengingat memory yang sempat ingin kau simpan terlalu jauh, kembali untuk dapat menikmati tulisan itu yang mampu mebuatmu akan menikmati hidup ini dengan penuh kebahagian dan kecintaan”. Oh ... akupun mencoba membuka tumpukan buku yang ada dirak bukuku akhirnya kutemukan tulisan itu ... kucoba membacanya dengan hikmah, tanpa kusadari air mata inipun menetes membasahi pipiku, yang juga telah membasahi sebagian relung hati ini, ternyata aku telah jauh, dan jauh dari rasa yang akan menghadirkan kekuatan dalam hidupku sesungguhnya yaitu kebersyukuran yang bermakna.   

Refleksi Hati
Saat-saat memori otakku mengingat apa yang telah kulalui dan terjadi aku seperti ingin menjerit dan mengatakan “terima kasih Ya Allah” atas semua ini, tidak layak aku untuk mengeluh dan meratapi mengapa ini terjadi padaku, karena sesungguhnya inilah kebaikan yang sebenarnya tepat untuk ku, bukan untuk mereka ataupun yang lainnya. Sebab fitra manusia adalah “ciptaan yang sempurna” maka akupun tidak perlu berusaha meraih kesempurnaan, karena tidak ada ukuran kesempurnaan yang berlaku universal. Sempurna buatku belum tentu untuk orang lain dan begitupun sebaliknya. Hanya Allah yang tahu tentang kesempurnaan itu. Lakukan saja yang terbaik yang bisa kulakukan dan ikhlaskan hasilnya pada Allah. Biarkanlah sejarah yang mencatat hasil pekerjaan ku. Sejarah selalu membantu, menyempurnakan dan memaafkan orang-orang yang ikhlas dalam bekerja. Aku syukuri dan nikmati sepenuh hidup, dan aku percalah bahwa semua kejadian sudah sempurna seperti apa adanya. Inilah langkah pertama ku berpikir, ketika aku hampir menjauh dari orbit lintasanku, jika aku adalah salah satu planet dalam jagad raya yang fokus orbitnya adalah matahari, maka aku harus tetap ada dalam orbit itu jika aku tidak ingin mengacuakan lintasan lain yang justru berakibat fatal timbulnya kehancuran yang maha dasyat. Untuk itu jika aku adalah pribadi yang memiliki orbit lintasan yaitu hati, maka aku tidak boleh menghancurkan hati yang telah diberikan potensi anggukan universal, yang ketika ku tolak itu maka aku mengkiamatkan diriku sendiri, ini tidak boleh ....!

Awalnya ketika aku tidak menerima keadilan “menurut penilaianku” dimana teman-temanku bisa dengan mudahnya mempermainkan sistem dengan nilai material (baca: uang), aku berontak dengan keras, aku marah dan bertutur keras kepada dua sosok yang kupercaya dialah teman hidupku dan kakak ku ditanah seberang (baca: pulau jawa), kepada mereka kuutarakan kesalku, dan kepada mereka ku tumpahkan ketidakmenerimaan hati ku. Tapi semua perlakuan ku tersebut ternyata tidak merubah keadaanku ... aku tetap ada disini dan melihat kekacauan sistem (sekali lagi menurut penilaianku) yang justru semakin membuat hatiku merasakan sakit yang luar biasa.

Namun ketika kembali kubaca tulisan usang lamaku tersebut, aku seperti dijatuhkan pada tempat yang jauh dan membuat aku malu pada diriku sendiri ... sesungguhnya “semakin keras ku tolak dengan energi negatif maka akan ku dapati hasil yang negatif pula”. Aku diam sejenak ... seharusnya yang kulakukan saat itu adalah diam sejenak, janganlah melawan, terimalah dulu kenyataan hidup, motivasi diri, berpikir positif, serahkan hanya pada Allah, dan yakinkanlah dalam diri bahwa Allah bekerja sesuai perbuatan ku, maknai dan nikmati, maka aku pasti keluar dari kemelut. Perlahan tapi pasti kutata hati ini, mulai ku jalankan satu persatu langkah itu, diam sejenak dan jangan melawan dulu ... jangan melawan kenyataan hidup, jangan melawan penderitaan, jangan bermusuhan dengan kesusahan. Pahami dulu semua kejadian yang aku alami, pahami dulu pesan apa yang hendak disampaikan-Nya kepada ku lewat kehadiran semua perjalanan hidup yang kujalani, kuperkuat kesadaran diri, bahwa Allah ada di balik semua ini, yang dengan kehadiran-Nya maka masalah bukanlah menjadi masalah lagi. Ini dulu yang kucoba hadirkan dihati, baru kemudian aku melangkah kepada kehidupan normal, berperang melawan sejumlah kenyataan hidup! Tapi perangnya sudah berbeda, kali ini aku masuk ke medan perjuangan hidup dengan kondisi fisik dan ruh yang sudah siap berperang!.

Ya ... untuk meraih sukses sejati yang harus ku lakukan adalah berpindahnya aku dari permainan “mengeluh dan menyalahkan” menuju permainan “menerima dan bertanggung jawab”. Aku harus hidup dengan lebih sadar dan lebih sengaja. Sahabatku ... sederhananya yang kulakukan untuk dapat mem-positif-kan perasaan adalah dengan aku merasa rela, tenang, enak dan nyaman. Tinggal setelah itu serahkan semua pada waktu ... tidak perlu ngoyo mengejarnya, dalam mekanika kuantum alam vibrasi akan berkolaborasi membantu mewujudkan niat-niatku.

Mengapa? Karena ketika aku merasakan ketenangan tadi aku akan mampu mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah ... saat itulah energi kuantum sedang bergerak kencang didiriku ... maka dengan sendirinya perasaan tidak enak yang biasanya kurasakan dan menekan di hati akan terus dan terus berkurang.

Sahabatku ... semakin aku melapangkan perasaan hatiku, maka kualitas performance ku akan mengangkatku lebih baik secara alami ---dalam bentuk efisien, efektivitas, produktivitas, kreativitas, dan sinkronisitas--- tanpa aku harus dan harus memaksakan diri.   

Do’a adalah Senjata
Hmm, kutatap tulisan itu lebih dalam ... ada hal yang terlupakan olehku selama ini ya ... bahwa:
"kebahagiaan adalah alat untuk ku meraih kesuksesan, bukan sebaliknya"
(Ali bin Abu Thalib).

Dan kesuksesan itu bukanlah sebuah pencapaian tetapi hasil dari hati yang bahagia. Haa ... sesungguhnya ketika aku melalukan sesuatu dengan merasakan vibrasi “kesuksesan” maka aku telah menarik kesuksesan yang sesungguhnya gratis ku miliki 24 jam non stop di dalam diriku, benar ... sesungguhnya perasaan itu ada di dalam hatiku, bukan di luar diriku.

Aku ulangi kalimat itu berkali-kali “kebahagiaan adalah alat untuk ku meraih kesuksesan”, aku menangis ... ya seharusnya rongga dadaku penuh dengan kebahagiaan bukan dengan kekesalan yang memuncak, perhatikan banyak yang menginginkan keadaanku saat ini mengapa aku lupa mensyukurinya dengan merasa bahagia ... ya Allah, ampunilah kesalahan hati ini.

Kutatap tulisan yang ada di sudut meja belajarku “Yakin Usaha Sampai”, aku tertunduk tak mampu berucap apapun, aku malu dan malu ... mengapa perasaan kecewa sempat hadir dihati yang jika aku terlena akan menghantarkanku kepada kehancuran. Terima kasih Ya Allah, karena cinta-Mu aku masih kau izinkan memperbaiki hati ini sebagai cermin perilaku diri. Teman hidupku selalu mengatakan tiga kata “Minta, Yakin, dan Terima”. Inilah sebenarnya kekuatan do’a .... Kupandangi wajahnya ketika ia sedang terlelap, aku mengerti mengapa ia selalu tenang, karena cermin bahagia selalu terpancar dihatinya, semoga aku belum terlambat.

Sahabatku ... mulai kumaknai tiga kata itu dan sedikit-sedikit kujalani dalam liku hidupku ... minta (dengan niat yang jelas), dimana aku tahu apa yang aku mau ...! dalam Firman-Nya di QS. Albaqarah: 186 “ ... Aku dekat ... Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. Kejelasan niat, itulah yang dimaksudkan. Sukses adalah sebuah pilihan, sukses akan mudah ku raih asal aku tahu apa yang aku mau.

Sahabatku ... ketika aku mencoba memahami apa yang kumau sebenarnya maka aku mendapatkan jawabannya lewat perasaan dihatiku. Semakin perasaan ku kacau, maka kekacaualan yang dikabulkan-Nya. Untuk itu ku coba meminta dengan jelas dan penuh keyakinan hanya kepada-Nya yang berhak untuk dipinta, ternyata subhanallah ... permintaan yang jelas dan penuh keyakinan itulah yang akan dikabulkan dan terjadi. Yakin .... yakin ... dan yakin .... (ini selalu dan selau ditanamkan dihatiku oleh kalian semua sahabat-sahabatku) dan mungkin dengan terlenanya aku pada masalah yang sebenarnya adalah permainan pikiranku semata aku hampir melupakan, kata spirit ini.

Sahabatku ... yakin (percaya bahwa akan melihat niat ku terwujud), semua hanya terletak dengan aku fokus pada tujuanku walaupun ada hambatan, aku tak perlu mengeluh, aku hanya butuh berkosentrasi tetap pada tujuan yang kuinginkan. Terakhir terima ... (bersyukur keras, bukan hanya bekerja keras) ... ternyata sahabatku inilah langkah pamungkas itu ... ketika ini kuhadirkan dihatiku aku seperti mendapatkan kekuatan yang sangat dahsyat yang sulit untuk diterjemahkan secara logika. Aku bersyukur ... ketika kubayangkan apa-apa yang telah dikabulkan dalam setiap do’aku. Aku seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan sepenuh hati bahwa do’a ku telah terwujud.

Ini berat memang sahabatku .... akupun merasakan sulitnya mencapai keadaan ini, karena aku harus berpura-pura bahwa do’aku terkabul, tapi sahabatku ... sesungguhnya di level kuantum, setiap niat (baca: pikiran dan perasaan) sudah langsung diproses perwujudannya.

Sahabatku ... jangan sampai timbul keraguan dihati, karena ini akan merusak dan menghambat proses terkabulnya do’a. Karena posisi inilah sahabatku ... merupakan frekuensi terbaik yang perlu dipertahankan. Proses meminta, meyakini, dan menerima, sesungguhnya bukanlah tiga kegiatan yang berbeda tetapi dilakukan 3-in-1 pada saat yang sama sekaligus. Aku meminta kepada Allah dengan perasaan yakin bahwa aku sudah menerimanya di dalam hati. Inilah kekuatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip fisika ...!

Sahabatku ... aku hanya ingin memanfaatkan kekuatan angan-anganku bahwa proses rahasia kedahsyatan do’a, akan terwujud.

Sahabatku ... aku pernah berpikir bahwa aku adalah korban dari keadaan yang sedang berlangsung, aku pernah berpikir bahwa aku punya kemampuan untuk mengubah kondisi kehidupanku, akupun yakin bermain-main dengan kemungkinan-kemungkinan yang barangkali bisa diubah untuk menjadi lebih enak. Namun ... semakin kurasakan semua itu ternyata yang menjadi penghalangku bukan lingkungan ataupun keadaan tapi diriku sendiri, untuk itu aku sadar ada kekuatan yang luar biasa yaitu Allah, bahwa dengan bantuan-Nyalah segalanya menjadi mungkin. Hmm ... hiduplah dari tingkat tertinggi ... dengan itulah aku sadar bahwa dengan bantuan Allahlah, segalanya mungkin! Mungkin terjadi.

Sahabatku ... ketika aku benar-benar bersungguh-sungguh dalam berdo’a dan total dalam berusaha (mencurahkannya lahir-batin) ... maka aku merasakan Allah membantu mengubah bebanku menjadi sebuah kesenangan, dan ini sulit kujelaskan, namun aku merasakan semua itu dan aku bahagia serta penuh cinta dihati ini.

Sahabatku ... aku memutuskan untuk selalu memiliki kekuatan dan keyakinan diri, karena aku percaya, aku yakin, bahwa cahaya kekuatan Allah yang menciptakan seluruh isi alam semesta selalu mengalir dalam setiap keputusanku, pikiranku, serta semoga dalam tindakanku. Sebab aku yakin bahwa sebanarnya aku hanyalah alat bagi Allah untuk mewujudkan setiap rencana-rencana-Nya.

Akhirnya sahabatku ..., inilah nyanyian jiwa Kahlil Gibran untuk ku dan kita semua:
“Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan, mensyukiri hati baru penuh kecintaan, istirahat diterik siang merenungkan puncak getaran cinta, pulang kala senja dengan syukur penuh dirongga dada, kemudian terlena dengan do’a bagi yang tercinta dalam sanubari, dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir cinta”.

Tidak ada niat lain terselip dalam tulisan ini, selain berbagi agar hati-hati kita dipenuhi cinta, dan hanya orang yang memiliki cinta mampu bercinta dengan bahagia, dengan hati, alam, dan sekitarnya. Jadikan cinta kita menjadi perwujudan mendapatkan cinta sejati-Nya, karena tidak ada yang mampu dilogiskan bahwa memberi itu sama dengan menerima, dan untungnya kita tidak hidup di dunia yang logis, melainkan hidup didunia yang selalu mencerminkan hukum-hukum kebenaran. Selamat berjuang sahabatku dalam meraih impian kita bertemu dengan-Nya kelak di surga-Nya. Jadikan perjalanan hisup ini sebagai surga kita (jika surga adalah kesenangan).  

MOTIVASI UNTUKKU ...

Terkadang orang berfikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois, tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya. 

Apabila Engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, … tetaplah berbuat baik selalu. 

Apabila Engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi, ... teruskanlah kesuksesanmu itu. 

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi,.. tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat. 

Apa yang engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, ... janganlah berhenti, tetaplah membangun. 

Apabila engkau menemukan kebahagiaan dan kedamaian di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, ... tetaplah berbahagia. 

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin besok akan di lupakan orang. Tetapi,..teruslah berbuat baik. Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan mungkin itu tidak akan pernah cukup. Tetapi, ... tetap berikanlah yang terbaik. 

Apabila engkau mencintai seseorang dengan ikhlas dan tanpa pamrih, mungkin ia tidak akan berbuat seperti apa yang engkau lakukan. Tetapi tetaplah mencintainya tanpa pamrih, karena Allah maha mengetahui dan maha adil, lagi bijaksana, hakim dari segala hakim. 

Sadarilah bahwa semua yang engkau katakan, dan lakukan itu ada diantara engkau dan Tuhanmu.Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. 

Jangan pikir dan pedulikan apa yang engkau lakukan atas orang lain,dimana orang lain akan berfikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa, mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur,dan berbuat baik.

Dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu. "Yang dinamakan Muslim itu, adalah apabila muslim lainnya selamat dari keburukan lidah dan tangannya". (Al Hadist) 

 "Takwalah kamu pada Allah dimana saja kamu berada,dan lakukanlah perbuatan baik,untuk menipiskan perbuatan burukmu,yang akan menghapuskannya,dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik " (Al hadits). 

"Barang siapa yang bertaqwa pada Allah,Allah akan memberikannya jalan keluar yang terbaik,dan akan memberikan rezeki padanya dari sumber yang tidak ia sangka-sangka".(Al Qur'an). 

Just for me and You. 
Wallahua'lam bisshawab.